"Kamu anak KKN disini juga ya?" Seorang perempuan berusia enam puluhan bertanya pada Alsha. Mereka duduk bersebelahan di mushola setelah shalat subuh.
"Iya ni." Jawab Alsha singkat.
"Ooh, tapi nini baru lihat kamu hari ini di mushola."
Alsha hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kikuk.
Alsha terpaksa mengikuti ajakan Safa untuk shalat subuh berjamaah, karena ia tidak punya alasan lagi untuk menghindar. Tidak masalah pikir Alsha, ia tinggal mengikuti gerakan imam saja. Jadilah hari itu, untuk pertama kalinya Alsha shalat setelah bertahun-tahun ia tidak pernah shalat, mukena yang telah Bi Iroh masukkan ke dalam kopernya akhirnya terpakai juga. Ada perasaan haru di hatinya ketika Alsha pertama kali membasuh tubuhnya dengan air wudhu dan ketika mendengarkan bacaan shalat.
"Bagaimana pembangunan jalannya Za?" Pak Engkus bertanya pada Mirza.
"Insya Allah, pagi ini sudah bisa di cor pak."
"Alhamdulillah." Pak Engkus mengucap syukur.
"Tapi mungkin baru bisa separuh jalan pak."
"Memang biasanya seperti itu kan nak, dicor sebagian dulu."
"Bukan pak, tapi karena kami masih kekurangan dana." Mirza sedikit kecewa.
"Nggak apa-apa nak, kalau pun hanya bisa sebagian jalan, kita semua sudah sangat beryukur." Pak Engkus menepuk bahu Mirza, menenangkan.
"Kami akan berusaha menyelesaikan proker kami pak, ini tanggung jawab kami." Ucap Mirza, berusaha percaya diri, padahal sejak kemarin ia dan teman-temannya sedang ketar-ketir, karena belum juga ada yang mau memberikan donasi sedangkan waktu mereka di desa tersisa dua belas hari lagi.
"Bapak doakan semuanya berjalan dengan lancar ya Za."
"Terima kasih pak."
"Ya sudah bapak duluan ya, mau siap-siap pergi ke sawah. Nanti kalau bapak sempat, bapak bantu kalian mengecor jalan hari ini."
"Iya pak, terima kasih." Mirza sekali lagi mengucapkan terima kasih pada pak Engkus yang cukup banyak membantu mereka selama berada di desa.
***
Setelah pemasangan papan bekisting, jalanan sudah siap dicor. Kedua puluh anggota KKN, dibantu pak Engkus dan beberapa pemuda desa saling bahu membahu, ada yang bertugas mengangkut pasir, mengayak pasir, mengaduk semen dan ada yang bertugas mengangkut adonan beton.
Alsha menggeleng-geleng tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan, bisa-bisanya ia sekarang cosplay menjadi seorang kuli bangunan. Ide tentang pembangunan jalan ini memang tidak terlalu buruk pikir Alsha kala itu, tapi ia benar-benar tidak menyangka kalau mereka lah yang akan menjadi kuli bangunannya termasuk dirinya kini. Setengah bajunya sudah basah kuyup karena keringat. Cahaya matahari hari itu seperti biasa bersinar sangat terik.
Pengecoran separuh jalan akhirnya selesai menjelang azan ashar. Mereka lalu menutupi jalan yang sudah di cor dengan karung goni dan terpal.
Alsha bernafas lega, akhirnya pekerjaan yang menguras tenaga dan emosinya hari itu berakhir juga.
"Temen-temen, tadi bang Mirza bilang habis isoma kita diminta kumpul di basecamp." Jihan menyampaikan pesan Mirza pada teman-temannya.
"Aduuh, ada apaan lagi sih? Kok nggak ada capek-capeknya!" Alsha berseru marah.
"Kurang tau Sha, bang Mirza bilang mau ada yang di bahas." Jawab Jihan.
"Sejak kapan kamu jadi jubirnya Mirza?" Desis Alsha sinis.
"Maksudnya?" Jihan tidak mengerti.
"Dasar caper!" Desis Alsha.