Sore itu udara desa cukup sejuk, tidak terik seperti biasanya. Semua teman-teman Alsha sedang berdiskusi di basecamp, masih membahas tentang kekurangan dana proker mereka. Alsha yang jenuh dan muak melihat Jihan yang dianggapnya semakin sengaja sok dekat dengan Mirza memilih untuk keluar ruangan. Ia tidak suka setiap kali melihat Mirza melemparkan senyum pada Jihan, sementara dengannya Mirza seakan memasang tembok besar yang sulit dijangkau.
Alsha lalu memutuskan untuk berjalan mengelilingi desa. Mencari udara segar, karena di dalam ruangan itu ia merasa kepanasan. Ia berjalan melewati persawahan, nekat menyeberangi kali yang sedang surut airnya karena musim kemarau, meloncati bebatuan yang ada disana, sambil sesekali membatin kesal. "Heh..., menyebalkan sekali sih si Jihan itu, dia pasti mau pamer kalau dia dekat sama Mirza." Alsha masih terus berjalan. "Aku juga muak sama Mirza, laki-laki sombong itu, sok eksklusif banget sih dia. Pokoknya mulai hari ini aku nggak akan deketin dia lagi." Alsha terus ngedumel di dalam hati. Ia tidak menyadari kalau ia sudah berjalan terlalu jauh.
Sementara langit desa mulai gelap dan awan mendung mulai menyelimuti. Ternyata udara terasa sejuk karena awan mendung sedang menuju ke desa. Sebentar lagi, hujan akan turun. Hujan yang sangat diharapkan oleh penduduk desa yang mulai mengalami kekeringan.
Alsha akhirnya berhenti di sebuah perbukitan. Ia tidak menyangka sudah sampai ditempat itu, nafanya terengah. Ia juga baru menyadari kalau hari mulai gelap, dan awan mendung sempurna menyelimuti desa.
Beberapa menit kemudian hujan mulai turun, tetes air yang semula hanya butiran kecil dalam sekejap berubah menjadi besar. Alsha berlari mencari perlindungan. Ia kemudian berdiri dibawah pohon besar. Ia mulai berpikir kalau ia tidak bisa terus berada disana karena hari semakin gelap, sebentar lagi malam akan datang. Ia tidak mungkin terus berada di sana.
Alsha memutuskan untuk berlari menerobos hujan, ia harus segera pulang.
Di tengah perjalanan Alsha mendengar suara anak kucing yang sedang mengeong. Ia mencari-cari darimana sumber suara itu. Ia lalu melihat seekor anak kucing yang sedang meringkuk kedinginan di pinggir kali. Alsha menatap mata anak kucing itu dengan iba, tetapi Alsha malah memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Sedetik kemudian Alsha berubah pikiran ia menghentikan langkahnya, ia tidak tega meninggalkan anak kucing malang itu. Bagaimana kalau nanti sampai hanyut, batinnya. Ia lalu mengambil anak kucing itu, membawanya dalam dekapan, berusaha melindungi anak kucing itu dari hujan dengan cardigan tipisnya. "Ibu kamu kemana sih???" Ucapnya pada anak kucing itu.
Anak kucing itu mengeong, lagi-lagi menatap mata Alsha.
Malang, ketika Alsha menginjakkan kakinya di atas batu, ia terpeleset dan kakinya terkilir. Susah payah ia mencoba untuk bangkit tetapi tidak bisa, kakinya terlalu sakit. Alsha mulai menangis. Hujan semakin deras, tubuhnya basah kuyup, ia meringkuk kedinginan bersama anak kucing yang masih ada dalam dekapannya. Ia menangisi dirinya yang malang. "Nggak ada yang peduli sama aku, nggak ada yang mencari aku." Alsha benar-benar merasa sendirian dan ketakutan. Ia merasa tidak ada satu pun orang di dunia ini yang memperdulikannya. Sekarang ia tidak jauh berbeda dengan anak kucing malang dalam dekapannya, sendirian dan ketakutan.
***
Sementara di rumah pak Asep. Seluruh teman-teman Alsha, pak Asep, bu Asih, pak Engkus dan dibantu beberapa warga sedang panik mencari Alsha. Safa mengira kalau Alsha pulang lebih dulu kerumah. Tapi ternyata temannya itu tidak ada di rumah sampai menjelang magrib, mereka semua tidak tahu keberadaan Alsha.
Mirza tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. Berulang kali ia meremas rambutnya. Mirza berusaha menghubungi handphone Alsha tetapi sia-sia, tidak ada sinyal, mungkin karena hujan.
Sementara hari sudah gelap dan hujan semakin deras, menambah kepanikan mereka semua.
"YaAllah, Alsha kamu kemana sih sha!!!" Safa mulai menangis.
Bu Asih merangkul Safa, berusaha menenangkannya.
"Pak, Alsha itu anak perempuan yang mukanya setengah bule itu ya? Salah satu warga desa bertanya pada pak Engkus.
"Iya betul." Sahut pak Engkus cepat.
"Kalau nggak salah tadi sore saya liat dia jalan-jalan disekitar persawahan pak."
"Apa mungkin Alsha berjalan sampai ke kali atau perbukitan?" Pak Asep menduga-duga.