Ketika Alsha Jatuh Cinta

Yuliana
Chapter #36

BAB 36

Setelah shalat dzuhur, Alsha kembali membenamkan tubuh di kasur empuknya. Matanya masih terasa berat sisa qiyamullail semalam. Adzan shalat ashar kembali membangunkannya sore itu. Setelah shalat ashar Alsha berniat untuk kembali melanjutkan tidurnya, tetapi ia mengurungkan niatnya itu ketika melihat Mang Min yang sedang merapikan tanaman dihalaman belakang, didekat kolam ikan.

 Alsha kemudian menghampiri Mang Min, duduk disebelahnya, memperhatikan Mang Min yang sedang merapikan tanaman. Mang Min sedikit terkejut dengan kedatangan Alsha yang tiba-tiba. Tidak seperti biasanya gadis itu betah bersamanya berlama-lama, karena jika Mang Min didekat Alsha ia pasti akan memberikan ceramah panjang padanya.

“Mang Alsha suka ngiri deh sama Safa.” Alsha menopang dagunya, menatap Mang Min.

“Ngiri kenapa non?” Mang Min menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada tanaman didepannya.

“Safa beruntung banget, punya ayah ustad, umminya guru ngaji, tinggal dilingkungan yang taat.”

Mang Min menghentikan aktifitas merapikan tanamannya, kemudian duduk disamping Alsha.

“Non, ini menurut mamang ya. Kalau mau taat itu nggak harus jadi anak ustad, ustazah, kiyai, dan nggak harus tinggal dilingkungan yang taat. Taat itu mutlak, kudu harus bagi seorang hamba yang mengaku beriman.” Mang Min menyeruput kopinya.

“Tapi mang, lingkungan itu mempengaruhi kita kan. Kalo lingkungan baik, sudah pasti seseorang itu akan baik juga, begitu juga sebaliknya.” Alsha protes.

“Nah… justru disitu letak tantangannya non. Ini menurut mamang lagi yah. Kalau seseorang itu ayah ibunya udah ustad, ustazah, tinggal dilingkungan islami, trus dia tumbuh jadi anak yang taat. Itu mah wajar,” Mang Min lagi-lagi menyeruput kopinya, memberi jeda pada ucapannya. “Nah, tapi kalau dia lahir dari keluarga yang biasa aja, lingkungannya juga biasa aja, tapi bisa jadi anak yang baik, soleh solehah, pengetahuan agamanya baik. Itu baru hebat, Mang Min acungi jempol.” Mang Min mengacungkan jempolnya pada Alsha.

Alsha tersenyum, ia menyimak dengan serius setiap ucapan Mang Min.

"Non, nggak selamanya lingkungan yang baik menjadikan orang baik, dan nggak selamanya lingkungan buruk menjadikan orang buruk. Tidak selalu seperti itu rumusnya." Mang Min terkekeh. “Ngomong-ngomong masalah lingkungan, coba non lihat bunga teratai itu!” Mang Min kemudian menunjuk bunga teratai yang sedang bermekaran di kolam ikan sore itu.

“Trus apa hubungannya?” Alsha bingung, apa hubungannya bunga teratai dengan topik pembicaraannya saat itu.

“Bunga teratai itu tumbuh ditempat yang kotor, airnya kotor, berlumpur. Tapi coba non lihat bunganya, tetap cantik kan. Nggak terpengaruh sedikitpun dengan lingkungan disekitarnya,” Mang Min menahan tawa memperhatikan wajah Alsha yang masih belum bisa menangkap arah pembicaraannya. “Jadi non, dalam hidup pun kita harus seperti itu, belajarlah dari bunga teratai. Tidak masalah dimana kita tinggal, mau dimana pun kita berpijak dimuka bumi ini, kita harus tumbuh menjadi baik, tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif disekitar kita.”

Alsha yang sejak tadi terpaku menatap bunga teratai dihadapannya menoleh kearah Mang Min, tersenyum pada laki-laki itu. Kini Alsha memahami maksud dari perkataannya. Banyak sekali pelajaran yang Alsha dapatkan dari Mang Min sore itu.

“Udah, lagian non nggak usah ngiri, nganan aja non.” Mang Min berusaha mencairkan suasana.

Alsha hanya tertawa mendengar joke bapak-bapak yang Mang Min lontarkan.  

“Tetap semangat ya non hijrahnya.”

“Iya Mang, insyaAllah…” Ucap Alsha mantap.

Lihat selengkapnya