Pengumuman pembimbing skripsi sudah diumumkan dua minggu yang lalu. Waktu melesat cepat, tidak terasa Alsha sudah sampai pada perjuangan terakhir sebagai mahasiswa. Sekarang waktunya akan lebih banyak dihabiskan untuk mengejar dosen, berkutat dengan buku-buku tebal, perpustakaan dan berjam-jam didepan layar komputer. Dulu Alsha selalu berpikir untuk meminta orang lain yang membuat skripsinya, tapi sekarang Alsha sudah memutuskan untuk membuat sendiri skripsinya.
Alsha bersyukur karena ia akan melewati semua bersama Safa. Sahabat barunya itu telah banyak membawa pengaruh baik baginya. Selain ketaatanya, Safa juga gadis yang ulet dan penuh semangat, setidaknya Alsha juga akan terbawa atmosfer itu. mereka mempunyai janji bersama yang harus mereka perjuangkan. Mereka ingin bisa wisuda dihari yang sama.
Mereka kini menjadi dua orang yang tak terpisahkan. Kemana ada Alsha disitu pasti ada Safa. Mereka saling membantu dalam segala hal, saling mengingatkan, saling memberi semangat satu sama lain. Berulang kali Alsha harus menenangkan Safa yang uring-uringan karena dosen pembimbingnya yang terkenal disiplin dan banyak aturan, padahal Alsha sendiri pun belum tahu bagaimana dengan nasib dirinya.
Meskipun disibukkan dengan skripsi mereka tetap menyempatkan diri datang ke kajian rutin. Alsha pun tetap semangat belajar mengaji bersama Safa. Kini Alsha sudah bisa sedikit demi sedikit membaca Al-Quran, Safa benar-benar menjadi ustazah pribadi Alsha yang berhasil. Alsha sangat menikmati kehidupan barunya bersama sahabatnya itu. Hidupnya kini memiliki tujuan dan lebih terarah.
Pagi itu Safa dengan penuh semangat menceritakan pada Alsha proses bimbingannya dengan Pak Solihin. Tetapi bagi Alsha, diseberang sana ada seseorang yang lebih menarik daripada cerita Safa.
“Sha… kamu denger nggak sih Safa ngomong apa,” Safa menatap Alsha yang ternyata sedang fokus menatap seseorang. “Liat apaan sih?” Safa mengikuti arah pandangan Alsha.
Alsha tetap saja fokus, tidak memperdulikan Safa.
“Iih… Sha, Zina mata tauuuk, tutupin tutupin.” Safa menggoda Alsha kemudian menutupi kedua mata Alsha dengan tangannya, menghalangi pandangan Alsha.
“Aaaa Safa gitu deh…,” Alsha menjauhkan tangan Safa dari hadapannya. “Tuh kan dia pergi deh…” Alsha pura-pura merajuk pada Safa.
“Lagian walaupun nggak aku tutupin juga dia bakal pergi kok.” Jawab Safa cuek.