Safa bersorak bahagia begitu keluar dari ruangan pak Solihin. Ia langsung memeluk erat Alsha, Alsha yang tidak siap dengan pelukan itu nyaris terjatuh.
Rupanya ia bahagia karena pak solihin meng-acc skripsinya dan Safa akan ikut ujian minggu depan.
"Whaaa... selamat ya Safa, akhirnya...!!!" Alsha tidak jadi marah begitu mengetahui kabar baik itu.
"Alhamdulillah, Sha kamu juga harus susul aku ya!"
"Iya iya, doain ya, tapi aku nggak yakin." Alsha manyun, ia nampak ragu dengan kemampuannya.
Minggu depan merupakan gelombang ketiga ujian skripsi yang diadakan dikampusnya dan masih tersisa satu gelombang ujian lagi. Sementara Alsha baru memasuki bab empat, ia mulai memasrahkan impiannya untuk bisa wisuda dihari yang sama dengan Safa.
"Nggak boleh nyerah, harus yakin, kan udah usaha dan... jangan lupa berdoa, ingat ya Sha allah itu mengikuti..."
"Prasangka hambanya..." potong Alsha cepat.
Kedua sahabat itu kemudian tertawa bahagia. Mereka kemudian berjalan beriringan menuju ruangan pak Yadi, kini gantian Safa yang menemani Alsha untuk bimbingan.
***
Satu minggu kemudian sidang skripsi dilaksanakan. Sejak pagi Alsha bersemangat menyiapkan segala keperluan Safa. Ia begitu bersemangat menemani sahabatnya itu. Diam-diam Alsha juga sudah menyiapkan satu bucket bunga mawar putih untuk Safa. Bunga itu akan Alsha berikan ketika Safa selesai sidang nanti.
Sidang skripsi berlangsung cukup lama, Safa diberondong berbagai pertanyaan oleh dosen penguji. Tetapi bukan Safa namanya kalau ia tidak bisa mengatasi itu semua. Setelah satu jam berada diruangan yang penuh ketegangan, Safa keluar dengan wajah berseri-seri. Ia seperti baru saja melepaskan beban berat dipundaknya yang mengikuti selama beberapa bulan terakhir.