Ketika Alsha Jatuh Cinta

Yuliana
Chapter #41

BAB 41

"Senyum!!!" mang min mengarahkan lensa kamera ketiga orang dihadapannya, meminta mereka untuk tersenyum. Seketika ketiga orang dihadapannya memberikan senyum terbaik mereka.

Hari ini acara wisuda Alsha. Semua orang nampak bahagia. Mama dan papa sangat bangga karena Alsha bisa lulus tepat waktu. Mereka dengan senang hati meluangkan waktu untuk menghadiri wisuda Alsha.

Mang Min dan bi Iroh juga tidak dapat menyembunyikan rasa bangga dan harunya. Gadis kecil yang dulu selalu menangis setiap kali ditinggal kedua orangtuanya itu sekarang sudah lulus kuliah. Sejak kemarin mang Min dan bi Iroh sibuk mempersiapkan pakaian terbaik mereka untuk menghadiri acara wisuda Alsha. Mereka bahkan jauh lebih heboh daripada mama dan papa.

"Mang Min sama bibi juga ikut foto, ayo sini!!!" Alsha berseru bahagia. Ia kemudian memasang kamera pada tripot dan mensetting timer pada kameranya.

Mang Min dan bi Iroh bergabung bersama mama dan papa, mereka sudah bersiap dengan gaya mereka masing-masing. Memasang ekspresi terbaik mereka.

"Ayo... siap-siap yah, kasih senyum terbaik!" Alsha berteriak memberi aba-aba. Ia sudah berdiri diantara orang-orang tersayangnya.

Beberapa detik kemudian kamera mengabadikan ekspresi mereka. Alsha mengulanginya berkali-kali.

Mereka semua nampak bahagia, layaknya keluarga yang utuh, tak ada jarak sedikitpun diantara mereka.

"Eh udah-udah nanti kamu terlambat Sha, foto-fotonya kita lanjutin nanti ya." Papa menyudahi acara foto-foto itu.

"Iya pipi bibi juga udah kram nih non disuruh senyum terus." Bi iroh memegang-megang pipinya.

Mereka tertawa terbahak melihat keluguan bi Iroh.

Mereka bersama-sama berjalan beriringan menuju mobil. Wisuda akan dimulai pukul delapan pagi, mereka tidak boleh datang terlambat atau Alsha tidak akan diizinkan untuk masuk kedalam gedung.

***

Pukul delapan kurang lima belas menit Alsha dan keluarganya tiba digedung. Suasana disekitar gedung sudah nampak ramai dipenuhi oleh para wisudawan dan keluarganya. sebagian dari mereka tampak masih asik berfoto-foto adapula yang memutuskan untuk langsung masuk kedalam gedung. Dipelataran gedung juga nampak ramai pedagang dadakan yang menjajakan berbagai dagangannya. Ada penjual bunga, boneka, makanan dan minuman sampai studio foto dadakan pun tersedia disana. Mereka sepertinya begitu memanfaatkan peluang bisnis tahunan ini.

Sejak turun dari mobil Alsha sibuk dengan smartphone ditangannya. Sejak tadi ia berusaha menghubungi Safa, tetapi sahabatnya itu sama sekali tidak mengangkat telpon darinya.

"Sha!!!!" Sebuah suara yang tak asing lagi mengejutkan Alsha.

"Safa!!!" Setengah berteriak Alsha menghampiri safa, memeluknya erat.

keluarga Alsha mengekor dibelakang, mereka kemudian berkenalan dengan ummi dan juga Abi Safa. 

"Impian kita terwujud Sha." Safa menatap haru Alsha.

"Iya fa, aku bisa ada disini, diantara ribuan orang ini. Semua karena kamu." Alsha tersenyum bahagia, matanya berkaca-kaca.

"Bukan karena aku Fa. Tapi karena Allah."

"Ayo... kalian berdua mau mamang fotoin nggak?" tiba-tiba Mang min mengagetkan Alsha dan Safa. Ia begitu bersemangat dengan kamera ditangannya. Mang min ketagihan memainkan benda itu, lagaknya sudah seperti fotografer profesional. Padahal baru kemarin Alsha mengajarkan cara menggunakannya.

"Oh... dengan senang hati Mang. Fotoin yang keren ya." Alsha berseru semangat.

Alsha dan Safa kemudian berpose, memberikan senyum terbaik mereka.

Mang min dengan sigap mengabadikan moment itu.

"Eh... udah atuh, udah jam berapa ini mah, nanti gedungnya keburu ditutup." Bi iroh mengingatkan.

Lihat selengkapnya