"Assalammu'alaykum..." Ucap Mirza ketika pertama kali menginjakkan kakinya di teras rumah.
"Waalaykumsalam." Papa keluar dari rumah menyambut Mirza. Tersenyum ramah.
Mirza membalas senyum papa tidak kalah ramah, "Mirza pak." ia lalu mencium tangan papa sambil memperkenalkan diri.
"Mari masuk nak, silahkan duduk." Papa Mempersilahkan Mirza "Aduh, Alsha gimana sih nak, tamunya kok nggak diajak masuk ke rumah, malah duduk di tangga masjid."
Alsha salah tingkah. "Alsha ke dalam dulu ya pa, mau..."
"Nggak usah Sha." Papa memotong ucapan Alsha. "Ayo nak Mirza kita ke ruang makan, kita sarapan bareng."
Mirza salah tingkah. "Aduh pak, saya jadi nggak enak..."
"Udah, nggak apa-apa jangan sungkan-sungkan. ayo, ayo." Kini papa memotong ucapan Mirza.
Mirza dan Alsha saling berpandangan kemudian mengekor langkah papa menuju ruang makan.
Di ruang makan, mama dan bi Iroh sedang menyiapkan sarapan. Mereka menoleh berbarengan melihat kehadiran Mirza.
"Ma, bi, hari ini kita kedatangan tamu." Ucap papa.
Mirza dengan sigap sungkem pada mama dan bi Iroh dan memperkenalkan diri.
Bi Iroh setengah terkejut begitu mendengar Mirza menyebutkan namanya, ia lalu melirik Alsha. Alsha memberikan kode dengan matanya pada bi Iroh agar pura-pura tidak tahu. Padahal bi Iroh sangat mengenal sosok yang kini duduk dengan gagah di kursi meja makan mereka.
"Ayo silahkan nak Mirza." Mama mempersilahkan Mirza untuk menyantap hidangan di hadapannya.
"Nak Mirza kamu yang tadi subuh adzan sama ngimam kan?" Tanya papa disela-sela sarapan.
"Iya pak." Mirza mengangguk.
"MasyaAllah, bagus sekali suara kamu nak. Kamu belajar dari mana irama membaca Al-Quran seperti itu?" Papa berseru kagum.
"Oh jadi kamu imam muda tadi subuh nak." Mama tidak kalah kagum.
"Iya bu." Mirza mengangguk sekali lagi. "Saya belajar dari guru ngaji saya waktu di Aceh pak, di Bandung juga ada yang bisa ngajarin." Jawab Mirza.
"Nanti kapan-kapan kamu ajarin anak-anak di sini, mau nggak?"
"Saya belum terlalu pandai untuk mengajar pak, ilmu saya belum banyak." Mirza berusaha merendah.
"Tadi bagus sekali loh nak, setidaknya saya mau ada anak sini yang bisa mengumandangkan adzan semerdu kamu." Papa terus memuji Mirza.
Mirza semakin tersipu.
"Kamu kenal Alsha di mana nak?" Mama bertanya pada Mirza.
"Kita satu kampus bu dan satu kelompok KKN juga."
"Ooh, begitu." Mama manggut-manggut kemudian menyeruput teh hangatnya.
"Kenapa kamu bisa sampai sini nak? Hhmm maksudnya kamu sengaja kesini menemui Alsha atau kamu sedang ada kerjaan di desa ini?" Tanya papa lagi.