Setelah akad nikah selesai, dengan segala prosesinya, acara berpindah di halaman masjid. Mirza dan Alsha kini sudah bersanding bahagia di pelaminan sambil sesekali menerima ucapan selamat dari tamu undangan. Sebagian tamu lainnya tampak sedang menikmati hidangan yang telah disajikan.
"Sayang kok kayak nggak semangat gitu? Kenapa? Kamu capek? Kita duduk aja ya kalau kamu capek?" Mirza menggenggam tangan Alsha, dilihatnya Alsha sedikit murung.
"Aku nungguin Safa, tapi kayaknya dia nggak dateng." Ucap Alsha lirih.
"Sayang, mungkin suami Safa sibuk jadi mereka nggak bisa datang." Mirza menenangkan Alsha.
"Alsha!!! Sha!!! Liat ni siapa yang datang!!!" Ariq berseru bahagia sambil berlari kecil.
Mirza dan Alsha menoleh berbarengan, sedikit terkejut.
"Duh Ariq nggak berubah-berubah selalu bikin kaget." Mirza geleng-geleng.
Sedetik kemudian gantian kini Alsha yang berteriak bahagia. "Safa!!!" Alsha berlari kecil menghampiri Safa.
Mirza dengan sigap mengikuti langkah Alsha, takut kalau istrinya itu terjatuh.
Alsha dan Safa saling berpelukan.
"Faaa, aku pikir kamu nggak bakalan dateng!" Alsha menyeka sudut matanya.
"Aduh maaf ya sahabatku sayang, jangan nangis dong nanti makeupnya luntur." Safa berjinjit menyeka sudut mata Alsha. "Tadi kita hampir kesasar Sha, makanya dateng telat, maaf ya."
"YaAllah, jadi kalian kesasar?"
"Iya tapi nggak jauh kok. Sha..., Selamat yaaa, akhirnya." Safa kembali memeluk Alsha.
"Iyaa akhirnya berjodoh juga." Alsha tertawa kecil.
"Tuh kan udah aku bilang, kalau jodoh, Allah punya cara sendiri buat menyatukan hambanya." Safa memegang tangan Alsha.
Kedua sahabat itu kini asik bersenda gurau sambil melepas rindu.
"Eh Ayden mana?" Alsha celingukan mencari putra Safa yang kini berusia lima belas bulan.
"Itu, digendong sama bang Emran." Safa menunjuk suaminya.
Mereka kemudian ikut bergabung bersama Mirza, Ariq dan Emran yang sedang terlibat pembicaraan seru.
"Alsha selamat ya." Bang Emran mengucapkan selamat pada Alsha.