Ketika Cahaya Rembulan Mengecup Lautan

Anisha Dayu
Chapter #29

Menuju Tempat Persembunyian

Miruda yakin sekali Angreni menyimpan misteri di balik parasnya yang lugu. Ia juga yakin kakak tirinya tengah menyembunyikan sesuatu. Persetan dengan kedua orang itu. Ia akan mencari tahu sendiri kebenarannya. Ia bersumpah tak akan segan melenyapkan bocah perempuan itu jika ternyata dirinya memang membahayakan rencana merebut kembali Daha.

"Raka."

Sebuah panggilan terdengar dari belakang. Tak perlu mencari tahu karena Miruda sudah mengenali siapa si pemilik suara.

"Apakah kau sudah bersiap untuk besok?"

Miruda melirik. Unengan berdiri di belakangnya, bertelanjang kaki sambil menenteng keranjang penuh hasil bumi, yang ia taksir baru saja dipanen dari kebun.

Seolah mengerti akan lirikan sang kakak, Unengan buru-buru menjelaskan, "Karena perjalanan yang akan kita tempuh besok cukup jauh, aku berinisiatif membuat bekal."

Sebagaimana yang telah dijadwalkan, besok mereka semua memang akan pindah ke tempat persembunyian baru.

Perpindahan ini digagas Paman Nawarsa. Pu Watabwang merupakan juru bicara salah satu Rakryan Mahamantri1. Sudah tentu area kekuasaannya meliputi seluruh penjuru negeri. Bukan hal sulit baginya untuk mencari segala informasi, termasuk orang-orang yang telah merusak bisnis perdagangan budak yang dijalaninya secara sembunyi-sembunyi. Terlebih, Paman Nawarsa tak ingin upaya menyembunyikan garis keturunan Sri Sarwesywara berakhir sia-sia.

"Tak ada yang perlu kupersiapkan, Unengan." Miruda berbalik. "Kenapa kau kemari?"

"Semalam kau tidak pulang. Ibu menanyakanmu, Raka. Karena aku yakin kau ada di sini, jadi aku datang untuk membawamu kembali."

Miruda mendengkus geli. Ia memang memilih bermalam di hutan setelah berseteru dengan Rawisrengga untuk meredam amarah. Jika ia masih tetap tinggal, ia yakin bukan hanya ada pertengkaran, tapi mungkin saja akan terjadi pertumpahan darah yang melibatkannya dengan kakak tirinya itu.

Semalam kakaknya bersikukuh untuk turut membawa Angreni dan Dharmaja bersembunyi di tempat yang sama dengan mereka. Mengingat kondisi kakak tirinya memburuk setelah ia memaksakan diri berkuda menuju Panumbangan hanya demi Angreni. Padahal luka-luka di tubuhnya belum mengering betul. Lelaki itu bahkan sempat tak sadarkan diri setelah pertengkarannya dengannya tempo hari. Rawisrengga tentu tak ingin lagi kehilangan anggota keluarganya yang berharga.

Namun, Miruda tentu menolak dengan tegas usulan kakaknya itu. Menurutnya Angreni berbahaya. Biar saja bocah itu pergi sejauh-jauhnya, bersama dengan kakak tirinya, si pengkhianat. Meskipun bocah itu telah menyelamatkan Unengan, hal itu tak bisa menghilangkan fakta bahwa ia berhubungan dengan Pu Watabwang. Ia telah menjelaskan ini, bahkan sampai berteriak dan memaki, tapi kakaknya tetap teguh seakan-akan sosoknya tengah dipengaruhi sihir.

Dharmaja meradang kala Miruda secara tak langsung menyebut Angreni sebagai tukang teluh. Beruntung saat itu Rawisrengga dan Nawarsa dapat dengan cepat memisahkan sebelum kakak sulungnya sempat menghunus kerisnya.

"Apa Raka masih belum bisa memaafkan dan menerima usulan Raka Rawisrengga?" Unengan bertanya hati-hati, tak ingin menyulut emosi kakak keduanya ini.

Miruda memandangi aliran sungai yang mengalir tenang. "Unengan," panggilnya.

Unengan menjawab dengan sopan, "Ya."

"Jika suatu saat kau harus memilih antara aku dan Raka Rawisrengga, siapa yang akan kau pilih?"

Gadis kecil itu tampak terkejut tapi hal itu tak berlangsung lama. Ia lalu tersenyum. "Jika aku harus memilih, jelas aku akan memilih siapapun yang kuanggap benar dan aku tak akan pernah menyesal dengan keputusanku itu."

"Itu berarti kau sudah siap jika harus berhadapan langsung dengan salah satu dari kami?"

"Tentu."

Lihat selengkapnya