KETIKA CINTA DI UJI

Neng Neng
Chapter #3

Perjuangan berat

Setelah lulus kuliah aku memutuskan untuk melamar pekerjaan, berkat segala kemampuanku, yang ku tunjukkan ketika interviuw kerja aku di terima bekerja di perusahaan yang lumayan besar, meski hanya sebagai karyawan biasa.

Gajiku tidak besar tapi juga tidak kecil, hanya cukup untuk kehidupan kami saja, perusahaan menjanjikan padaku gaji, yang akan di naikkan ketika masa training tiga bulan telah usai, tentu saja dengan syarat kinerja yang baik, itu janji perusahaan kepadaku.

Masa training memang masa yang rentan bagi setiap karyawan baru, aku harus menunjukkan kinerja yang memuaskan bagi perusahaan, agar kedepannya aku bisa mendapatkan kontrak kerja, dengan gaji yang mumpuni.

Berhubung di zaman sekarang untuk mendapatkan sebuah pekerjaan teramat sulit, akhirnya aku memutuskan untuk tampa fikir panjang, aku langsung saja menerima pekerjaan tersebut.

Kebetulan jarak dari rumahku dan kantor tempat aku bekerja lumayan jauh, jadi terpaksa aku harus indekos, sebenarnya aku merasa sangat sedih karena harus berpisah dengan ibu,dan adikku, aku harus benar benar hidup mandiri.

Walaupun sebenarnya di zaman yang serba instan ini tidak menyulitkan orang untuk hidup sendiri. Tapi, tetap saja terpisahkan jarak dari orang orang yang kita cintai adalah kesulitan tersendiri bagiku.

“Selamat bergabung di perusahaan kami Kirana, semoga betah ya kerja di sini“ ujar bosku, ah iya bosku dia seorang perempuan berdarah batak, nama nya Ibu nova, matanya bringas, kulitnya putih, rambutnya panjang kalo marah bahasanya suka gak kira kira, nyakitin banget. Tapi demi sebuah perubahan aku harus bisa, bekerja sama dengan bosku yang di kenal killer itu.

Hari pertama bekerja, sungguh aku bingung, aku di tempatkan bekerja di bagian administrasi, ada dua orang senior yang kata Bu nova, akan membantuku memperkenalkan pekerjaan mereka, tapi anehnya tak satu pun dari mereka ada yang menyapaku dengan baik. 

senior satu, namanya Ibu Dewi, badannya seksi dan bohai, kulitnya putih mulus, pakaiannya terbilang ketat dan seksi untuk sekelas pakaian bekerja, dia di divisi administrasi tapi anehnya kerjaannya cuman telponan, entah nelpon siapa yang pasti dia seperti sedang nelpon pacarnya.

Senior dua akhlaknya tak jauh beda, hanya saja usianya lebih muda dari ibu Dewi tapi akhlaknya sama. Aku bingung hari pertama bekerja, entah pekerjaan mana yang harus ku mulai.

Ketika Bu Dewi mengahiri sesi telponnya aku memberanikan diri bertanya,

“Ibu maaf pekerjaan saya yang mana ya?”

Lihat selengkapnya