KETIKA CINTA KEMBALI

Meria Agustiana
Chapter #3

Bagian 3

"Alvin darimana kamu jam segini baru pulang." Alvin yang masih mengenakan seragam putih abu-abu hendak menaiki tangga, namun langkahnya terhenti karena pertanyaan mamanya. Seorang wanita paru baya yang cantik dengan penampilan elegan tengah duduk menyilangkan kaki kanannya diatas kaki kirinya. Kedua tangannya tengah memegang gelas kramik bewarna putih dan piring kecil.

Wanita cantik itu meletakkan gelas berisi teh itu diatas meja kemudia berdiri dan menghampiri Alvin yang masih ada ditangga.

Eva adalah nama wanita cantik yang juga merupakan mama Alvin. Wanita dengan penampilan anggung nan elegan. Rambut hitam yang tertata rapi serta aksesoris mewah yang bergelantung pada leher dan kedua telinga Eva, membuatnya terlihat seperti wanita terhormat.

"Jawab. Darimana kamu?" Suara Eva begitu tegas pada anak semata wayangnya itu.

"Mama... Pelan aja kali kalau nanya. Alvin dengar kok mama ngomong." Alvin menjawab dengan santai dan memegang telinga kanannya.

"Alvin." Eva berteriak karena kesal dengan kelakuan anaknya.

Eva mengotak-atik ponselnya kemudia menunjukkan layar ponselnya didepan Alvin.

"Kamu bolos hari ini." Alvin melotot melihat layar ponsel mamanya.

"Jadi mama punya mata-mata di sekolah?" Eva menarik ponselnya dari hadapan Alvin.

"Alvin. Mama gak mau ya kamu jadi anak nakal, bandel dan urakan seperti gini." Eva menunjuk seragam Alvin yang terlihat berantakan. Baju putih yang sedikit kotor dan tidak dimasukkan. Alvin melihat penampilannya yang sedikit kacau itu.

"Perempuan itu membawa pengaruh buruk buat kamu."

"Perempuan?" Alvin beepikir sejenak.

"Ririn."

"Oh... Ririn." Alvin dengan santai menjawab.

"Mama tidak suka mau kamu dekat dengan dia. Dia itu membawa pengaruh buruk untuk kamu. Lihatlah anak mama yang dulu sangat disiplin sekarang menjadi seperti ini."

"Ma... Ririn tidak pernah membawa pengaruh buruk untuk Alvin. Ririn justru sering membantu Alvin kalau Alvin tidak mengerti pelajaran."

"Cukup. Pokoknya mama tidak mau kamu dekat dengan dia. Lagipula dia tidak sederajat dengan keluarga kita."

"Ma." Nada Alvin meninggi.

"Kenapa sih mama selalu membandingkan status sosial? Alvin gak suka ma."

"Mama tidak perlu persetujuan kamu untuk membuat keputusan. Lagipula apa yang mama katakan memang benar. Perumpuan itu tidak sederajat dengan kita."

"Mama begitu egois." Tatapan Alvin sangat tajam.

"Lihatlah. Kamu selalu melawan mama semenjak kamu kenal dengan perempuan itu."

"Ma... Dia punya nama. Ririn."

"Mama tidak perduli."

"Alvin tidak pernah melawan mama dan Ririn tidak pernah mengajarkan Alvin untuk melawan mama." Nada Alvin tegas.

"Alvin. Kamu anak mama satu-satunya. Mama mau kamu jadi penerus perusahaan kita." Nada Eva tidak kalah tegas.

"Kalau mama sadar Alvin anak mama satu-satunya, seharusnya mama tahu. Jika sikap mama selalu seperti ini sama Alvin, mama bisa saja kehilngan Avlin." Alvin langsung menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

"Alvin tunggu mama belum selesai bicara." Eva berteriak saat Alvin masuk kedalam kamarnya. Eva berhenti berteriak ketika mendengar suara pintu dibanting.

Lihat selengkapnya