KETIKA CINTA KEMBALI

Meria Agustiana
Chapter #4

Bagian 4

Hari mulai malam dan jarum jam telah menunjukkan angka 7. Ririn terlihat sedang sibuk melayani setiap pengunjung caffe tempatnya bekerja yang malam itu cukup ramai karena akhir pekan. Ririn memang mengambil pekerjaan paruh waktu untuk membantu biaya sekolahnya yang tidak murah. Meski Ririn masuk ke sekolah favorit dengan beasiswa, namun tidak semua kebutuhan ditanggung sepenunya oleh sekolah seperti seragam dan juga buku-buku yang memiliki harga mahal untuk ukuran perekonomian keluarga Ririn. Ayahnya yang bekerja sebagai buruh pabrik hanya bisa membantu biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Ibu Ririn sudah meninggal karena sakit sejak Ririn masih duduk dibangku Sekolah Dasar.

"Selamat malam kak. Silahkan dilihat pesanannya didaftar menu." Ririn tersenyum dengan ramah pada penyunjung yang datang.

"Saya mau pesan ini mbak." Pengunjung yang Ririn hampiri menunjuk salah satu menu makanan yang ada didalam daftar menu. Ririn mencatat pesanan dari pengunjung tersebut.

"Lalu minumnya ini." Pengunjung itu kembali menunjuk salah satu jenis minuman pada daftar menu. Ririn kembali mencatat pesanan pada buku kecil yang dia bawa.

"Apakah ada lagi yang ingin Anda pesan?" Ririn tersenyum pada pengunjung caffe itu.

"Tidak. Terima kasih." Pengunjung itu tersenyum dan memberikan daftar menu pada Ririn dan dia menerimanya.

"Baik kak ditunggu dulu." Ririn tersenyum dan pergi meninggalkan meja pengunjung dengan senyum ramah.

Ketika Ririn berjalan dengan senyum untuk memberikan pesanan pada koki yang memasak makanan di ceffe itu, terdengar suara pintu caffe terbuka dan dengan sepontan Ririn menoleh dan menyapa pengunjung yang datang. Ririn tersenyum ramah dan tubuhnya menghadap pengunjung yang baru saja memasuki caffe.

"Selamat malam selamat datang dicaffeee." Ucapan Ririn terhenti dan matanya terbuka lebar melihat siap yang baru saja datang. Senyum ramah yang selalu dia tunjukan pada pengunjung seketika hilang dan berubah menjadi ketegangan ketika dia sadar jika yang sedang dia sapa adalah Mama Alvin.

Eva menatap Ririn dengan dingin dan penuh intimidasi. Gaya busana Eva yang begitu elegan dan terkesan mewah berbanding terbalik dengan penampilan Ririn dengan baju seragam caffe dan rambut dikuncir kuda. Meski begitu, kedua wanita ini sama-sama terlihat cantik dengan busana yang mereka kenakan.

*****

Ririn dan Eva duduk dibangku caffe yang kosong dan berada tepat disamping jendela besar menghadap langsung kejalan. Suasana malam yang cerah tidak membuat jalanan didepan caffe terlihat ramai. Tidak banyak para pejalan kaki yang berlalu lalang meski keadaan didalan caffe cukup ramai. Alunan musik instrumental piano membuat suasana caffe begitu romantis didukung pencahayaan vintage yang menciptakan kesan hangat.

Eva meletakkan secangkir teh hangat yang disediakan Ririn untuknya, lalu melihat Ririn lebih dalam untuk mencari apa yang dimiliki gadis dihadapannya sehingga membuat putra semata wayangnya sangat tergila-gila dengan gadis dihadapanya. Ririn yang takut dengan tatapan Eva memilih menunduk dan meremas kedua tangnnya untuk mengilangkan keteganggan yang menyelimuti dirinya.

"Jadi kamu bekerja disini?" Pertanyaan Eva memecahkan keheningan diantara mereka berdua sekaligus membuat Ririn mengangkat wajahnya untuk menghormati Eva.

"Iya tante. Saya bekerja disini setelah pulang sekolah sampai jam 10 malam." Ririn tersenyum sopan.

"Setiap hari?"

"Iya tante."

"Lalu bagimana kamu mengatur sekolah dengan bekerja? Bukankan sekolah kamu memiliki banyak kegiatan dan tugas rumah yang lumayan banyak?" Ririn tersenyum menanggapi pertanyaan Eva.

"Saya hanya berusaha menjalankan semua kewajiban saya dengan baik tante. Sekolah akan menjadi nomor satu untuk saya dan masalah pekerjaan, saya bisa membicarakan dengan manager caffe. Beliau sangat baik dan memahami kondisi saya. Pekerjaan rumah yang saya dapat dari sekolah biasanya saya mengerjakan sepulang dari bekerja." Eva memandang heran pada Ririn. Apakah Ririn sehebat ini bisa memanage waktu sepadat ini?

"Baiklah saya anggap kamu wanita yang tangguh." Eva mulai memperbaiki posisi duduknya. Kali ini dia mengambil tas jinjing miliknya yang dia letakkan diatas meja.

"Saya tidak ingin basa-basi terlalu lama dengan kamu." Eva mengambil selembar kertas kecil dari dalam tasnya.

"Ini ada cek kosong dan kamu bisa menulis nominal berapapun yang kamu inginkan. Pikirkan baik-baik sebelum menulis. Pastikan nominal yang kamu tulis bisa memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikanmu sampai lulus." Eva meletakkan kertas cek diatas meja dan menyodorkan dihadapan Ririn.

"Kamu juga tidak perlu khawatir. Saya akan pastikan kamu mendapatkan pekerjaan yang layak setelah pendidikanmu sekelsai. Saya akan menyuruh orang untuk memantau dan memberikan informasi kepada saya jika kamu sudah lulus."

Ririn masih belum mengerti maksud Eva. Dia hanya melihat cek kosong dihadapannya tanpa menyentuhnya.

"Tenang saja. Alvin tidak akan tahun tentang semua ini. Tugas kamu hanya menjauh dari Alvin." Ririn mengangkat wajahnya dan menatap Eva.

Lihat selengkapnya