Ketika Cinta Menuntun Pulang

Willian Selva
Chapter #1

PROLOG

Hujan baru saja usai, meninggalkan bulir bulirnya yang perlahan mengendap masuk menyusuri tanah. Matahari perlahan mulai menyelinap di balik awan, memantulkan cahaya kuning keemasan pada riak riak air yang menepi teratur mengikuti perintah angin. Sore ini  kembali bersahaja. Lalu lalang jalan kembali ramai. Jalanan lurus itu kembali ditapaki para pejalan kaki, pedati, mobil pengangkut ikan, sepeda ontel ataupun langkah teratur puluhan itik yang hendak pulang ke kandang. Semua terlihat bergegas, mengiringi kejaran matahari yang semakin condong pulang ke barat.

Berbeda dengan hiruk dan derap langkah pengguna jalan, aku masih duduk disini. Dalam diamku aku memainkan genangan air danau ini dengan kakiku. Terkadang aku berdiri, kuangkat tanganku tinggi tinggi seraya menghirup nafas dalam. Aku begitu meresapinya. Nafasku begitu menyadari bahwa aku sedang berada di sebuah lembah dengan danau yang begitu indah.

Lebih 3 bulan sudah kulalui disini. Maninjau, Itulah nama yang agak asing kudengar ketika selembar surat pengantar penelitian ku terima dari dekan fakultas. Kucoba mencari cari tahu dimana daerah ini berada, ternyata daerah ini lumayan terkenal. Tidak sedikit orang yang tahu daerah ini rupanya. Dan di internet pun daerah ini begitu familiar. Cukup banyak lukisan tersaji ketika nama Maninjau ini selesai kuketik pada mesin pencari. Selain tempat lahirnya ulama dan pujangga Buya Hamka, tempat ini pun menghadirkan keindahan pada setiap rusuknya.

Aku tinggal di rumah pak Zairin, seorang bapak seumuran 75 tahun. Senyumnya begitu tulus mengalir mulai dari saat pertama ketika Wali Nagari atau Kepala Desa mengantarku kesini. Tak ada keberatan sedikitpun terlihat dari wajahnya ketika aku mengutarakan maksud dan meminta izin untuk meminta tumpangan tinggal di rumahnya selama melakukan penelitian ini. Aku diterimanya dengan senang hati. Karena beliau hidup sendiri, jadilah dia teman bicara yang baik sepanjang hari. Dia pun menganggapku sebagai anak sendiri.

Terkadang diskusi-diskusi kecil hadir diantara kami. Sesuai dengan tema penelitianku, aku mendalami pengaruh tatanan adat dan budaya lokal terhadap kecepatan laju pembangunan di suatu daerah. Dari beliaulah aku mengerti betapa kayanya tanah Minangkabau ini akan nilai nilai hidup dan tradisi, dan dominan masyarakat berpendapat bahwa pembangunan dan perkembangan daerah harus sesuai dengan adat dan budaya itu. Ada kalanya muncul anggapan bahwa adat adalah salah satu faktor memperlambat laju pembangunan. Namun ada juga yang beranggapan bahwa, adat mutlak dipegang teguh dalam seluruh aspek kehidupan apapun taruhannya. Tak terkecuali  pembangunan sekalipun.

Lihat selengkapnya