Ketika Cinta Menuntun Pulang

Willian Selva
Chapter #5

UJIAN HIDUP

Tak terasa hari demi hari telah berlalu. Sudah sepekan pasar malam ini berjalan. 7 hari sudah pula Hamdi berdagang seperti biasanya. Hari demi hari kepandaiannya bertambah. Kemampuan dia meyakinkan calon pembeli, bernegosiasi, merayu semakin terasah. Sejak hari ke 4 modal pun sudah balik ke tangan. 3 hari ini targetnya adalah mencari dan mengumpulkan keuntungan sebanyak banyaknya.

Dan tak terasa malam ini adalah malam terakhir pasar malam. Malam terakhir ini merupakan malam puncak pelaksanaan acara. Seluruh perangkat nagari terlihat sangat sibuk. Sebagai penanggung jawab dan pelaksana acara, mereka ingin acara ini berakhir dengan sangat meriah. Selesai shalat Isya seluruh pembesar nagari, cadiak pandai, alim ulama dipersilahkan duduk di panggung utama. Tari tarian yang sangat memikat pun dimainkan. Diawali tari galombang, tarian khas bagaimana orang Minangkabau menyambut dan memuliakan tamu. Selanjutnya tari piring, tari indang dan pertunjukan seni silat dan beladiri Minangkabau.

Dalam akhir acara di tutuplah dengan petatah petitih dari pemuka masyarakat. Dimana para pemuka ini mengajak seluruh masyarakat selingkaran danau dan minangkabau pada umumnya untuk senantiasa bersyukur atas karunia dan anugrah Allah SWT. Hasil panen meningkat, baik sawah dan segenap karunia alam di danau maninjau tetap terjaga. Masyarakat tenteram bermasyarakat. Saciok bak ayam, sadanciang bak basi. Terhindar dari musibah dan marabahaya.

Formal acara diatas panggung ditutup oleh doa yang dipimpin oleh imam Mesjid Nagari Bayur. Doa yang diaminkan oleh seluruh yang hadir di malam itu. Setelah selesai, acara yang ditunggu tunggu pun tiba. Acara puncak dari penutupan pasar malam ini adalah diadakannya pawai obor dan suluh mengitari daerah selingkaran danau yang telah ditentukan dan dipilih. Obor dan suluh diarak sambil mengumandangkan Shalawat Nabi. Pada barisan paling depan diisi oleh bedug besar yang akan dipukul sepanjang jalan. Bedug ini diarak oleh orang dewasa. Dilanjutkan dengan barisan barisan yang menampilkan pakaian adat. Ibu ibu Bundo Kanduang dengan pakaian kebesarannya.

Sepanjang jalan mengiringi bedug yang berbunyi shalawat tak henti hentinya berkumandang.. Diantara rombongan yang tumpah ruah ke jalan itu, disela kerumunan orang Zainal pun terlihat. Terlihat dia tidak mau ketinggalan pula dengan gelak tawa dan candaan teman-teman sebayanya. Dengan jalan gontai suluh obor digenggam eratnya di tangan kanannya.

Antusias warga tak terbendung, menunggu dan berdiri di pinggir jalan. Cimuntu pun tak ketinggalan tampil. Penampilan kocak manusia yang dilapisi ijuk di sekujur tubuhnya. Dilengkapi dua sumber api kecil di dekat telinganya. Sumber api yang bersumber dari damar yang dibakar. Cimuntu bergoyang menuruti irama gendang tambur yang bersemangat. Ketika melintasi tribun utama rombongan berhenti sejenak, menampilkan atraksi dan kebolehan masing masing peserta. Riuh tepuk tangan menyambut dari atas panggung. Sampai akhirnya rombongan menutup langkah perhentian di Mesjid Raya Bayur. Seluruh rombongan disambut dengan makan bajamba dihalaman mesjid. Sebuah ucapan selamat datang dari tuan rumah masyarakat Bayur terhadap warga salingka danau yang hadir. Sebuah rasa kekeluargaan antar nagari yang sangat kental terlihat. Saling menjamu, saling menyambut dalam kehangatan persaudaraan. Danau Maninjau yang menyatukan mereka. Sebelum makan pucuk adat saling basambah kata. Para tamu saling menyanjung tuan rumah dan berterima kasih atas sambutan yang dilakukan. Tuan rumah berterima kasih atas kedatangan sekalian tamu undangan dan berucap maaf jika dalam pelayanan ada kiranya yang kurang berkenan. Setelah selesai, jamuan makan pun dimulai.

Setelah saling bersalaman para pengunjung pun pulang kembali ke rumah masing masing. Zainal duduk menunggu disudut masjid. Sesuai perjanjian dengan kakaknya Hamdi, bahwa nanti pulang bersama sama.

Lihat selengkapnya