Kali ini halaman rumahku sudah kembali penuh dengan tanaman hijau dan bunga berwarna-warni. Satu bulan kemudian setelah kejadian di rumah sakit terakhir kali, aku mulai menata hidupku kembali yang sempat tertinggal dan tertunda. Semuanya mulai kujalani pelan-pelan, meski kadang masih teringat tentang semuanya, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Shufa dan keluarganya dan untuk kelegaan hatiku memaafkan orang-orang yang bersalah.
Semuanya berjalan baik, aku kembali kuliah di semester terakhir, aku juga menjadwalkan kunjungan ke makam Shufa minimal dua kali dalam sebulan. Di kampus aku sering berkunjung ke perpustakaan dan duduk membaca buku-buku yang Shufa rekomendasikan sedari SMA yang sampai saat ini belum kuselesaikan. Rasanya tak begitu berat, sebab perlahan aku memang sudah mengikhlaskan Shufa dan sampai saat ini kita masih berteman meski sudah berbeda alam.
Semuanya kembali seperti semula, hanya bedanya saat ini taka da Shufa di sampingku lagi, tak apa, dia memang sudah saatnya beristirahat dan kembali pada Tuhan karena dia sudah selesai dengan kehidupannya. Sekarang giliran aku yang akan melanjutkan hidupku kembali. Meski berat, aku harus mencoba untuk mengiklaskan semuanya, meski akan membutuhkan waktu, aku akan tunggu waktu itu sambil melanjutkan kehidupan bukan melanjutkan kesedihan. Shufa juga akan lebih senang jika aku kembali pada kehidupan yang seharusnya aku jalani, meskipun tak bersama dia.
Aku juga beberapa kali mengunjungi ibunya Shufa dan mengetahui kondisi Kayla yang perlahan membaik. Ibunya Shufa masih dirawat di rumah sakit jiwa karena tak mungkin Kayla mengurus ibunya seorang diri di rumah. Aku juga mulai melihat wajah Kayla yang sudah lebih tenang dari pada sebelum-sebelumnya.