Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #2

2. Tak ada hari seindah kita

Bukan hal yang mudah untuk berganti, tetapi itu adalah hal yang pasti.

***

Setelah kemarin ia rebahan seharian di rumah karena tak ada jadwal kuliah dan memang sedang waktunya libur kerja, sekarang adalah saatnya Iyan kembali kerutinitas yang sebenarnya, yaitu berkeja sembari kuliah, yang amat sangat tidak mudah dijalankan.

Iyan memakai clemek berwarna hitam, ketika ia sudah tiba di tempat kerjanya sekitar lima menit yang lalu.

"Yan, lo gantiin gue dulu dong di kasir."

"Lah, gue mau buat pesenan ini."

"Bentar aja, gue kebelet banget."

"Iye dah, iye. Jangan lama-lama."

"Iye."

Kayla berlalu. Mungkin ia benar-benar sangat kebelet kali ya. Atas amanah yang Kayla sampaikan, dan karena Iyan juga teman kerja yang baik hati walaupun kadang suka gatau diri, Iyan tetap menggantikan Kayla. Yaitu jadi kasir sejenak.

Baru saja ia berdiri, seorang pelanggan datang. Gadis yang Iyan perkirakan seumuran dengannya, wajahnya terlihat sangat judes dan matanya yang tajam. Namun, yang membuat Iyan cukup tak bisa bernapas adalah, gadis itu 80% sangat mirip dengan Shafa!

"Shafa?" gumam Iyan.

"Mas, Aceh Gayo ya satu. Gak pake gula."

"Ha-hah? Maaf, bisa diulang?"

"Aceh Gayo satu. Gapake gula."

"Baik. Ada tambahan lain?"

"Gak ada."

"Atas nama siapa?"

"Rima."

Interaksi kedua manusia itu hanya sebatas transaksi antar penjaga kasir dan konsumen. Tak ada pembicaraan selain itu. Namun, Iyan setidaknya tau, bahwa gadis itu bernama Rima dan bukan Shafa.

Setelah gadis itu berlalu duduk di tempat yang ia pilih, Kayla datang menghampiri Iyan.

"Ngeliatin siapa lo?" Iyan terlonjak.

"Ish! Lo mah kagak salam kagak ape, dateng-dateng ngagetin gue. Udah kelar bu, bokernya?"

"Mulut lo minta ditampol ya? Banyak orang makan juga, bokar-boker omongan lo. Dah sana, biar gue yang jaga."

"Untung gue jagain lo, gada terima kasihnya."

"Brisik!"

Baru saja Iyan akan masuk ke dapur, Edo hendak keluar dengan membawa secangkir kopi. Tiba-tiba, sebuah ide menggelikan muncul dipikiran Iyan.

"Do, pesenan siapa tuh?"

Edo berhenti kemudian menoleh, "Aceh Gayo, punya konsumen di meja nomor tujuh."

"Eh biar gue aja yang bawa. Dia temen gue soalnya."

"Oh gitu? Yaudah nih."

Lihat selengkapnya