Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #4

4. Boy's Don't Cry

Apa gunanya menangis, jika tidak untuk mengadu kepadamu?

***

Malam ini, Iyan masih di kampus. Mengerjakan tugasnya yang harus ia kumpulkan besok. Sialnya, wifi di kosan Iyan kemarin kesambar petir. Jadinya, mau tidak mau Iyan harus masuk ke dalam kampus yang seramnya seperti lorong rumah sakit. Tapi tenang, Iyan tak sendiri. Karena ia ditemani Jovi.

"Yan, lo tau gak, mahasiswa mau pada demo tau." ungkap Jovi tiba-tiba.

Iyan tak bergeming. Mulutnya sedikit melongo sangking seriusnya pada laptop.

"Yan?"

"Ape si?"

"Mahasiswa mau pada demo."

"Ya terus? Demo kagak demo juga tugas ini bakal dikumpulin besok."

"Lo gak mau ikut ngapa?"

"Ngapain?"

"Emang lo kagak gedeg sama revisian ono yang baru?"

"Pusing gue, kagak jago politik. Politik tuh isiannya bohong semua dah. Drama doang!"

"Yaelah. Tapi kalau pas demo, tiba-tiba lo ketemu Shafa, mau gak?"

Iyan berhenti mengetik, kemudian menoleh Jovi yang ternyata memang sudah menatap dirinya entah sejak kapan.

"Shafa?"

"Hooh."

"Ikut demo kek begitu?"

"Hooh."

"Jan ngaco deh lo. Mana mungkin dia demen begituan. Dia mah, diajak ke mall juga sandalnya dicopot pas depan pintu. Apalagi demo. Bawa rantang sama tiker kali."

"Lo mah sama mantan sendiri juga."

"Kok tau gue putus?"

"Apasih yang gak gue tau? Gue kenal sama lo jaman tai lo masih encer ya."

"Sibangsat."

Malam semakin larut, dan kedua manusia itu juga semakin tenggelam dengan obrolan yang menemani keduanya mengerjakan tugas bersama. Bagi Iyan, hidupnya akan terasa sangat hampa apabila tak ada Shafa dan Jovi. Karena Shafa sudah pergi, mau tak mau Jovi adalah alasan Iyan masih hidup dan bernapas.

"Kabar Bang Ipan begimana?"

Iyan memutar bola matanya, "Gue kadang bingung Jop ama lo. Sebenarnya yang adeknya Ipan tuh gue apa lo? Gue aja kagak tau dia masih idup kagak, lo bisa-bisanya keinget dia mulu."

Jovi tertawa, "Dia mati beneran mampus dah lo."

"Biarin."

"Eh lo jan gitu sama abang sendiri juga. Begimana badegnya, Ipan juga abang lo."

"Yaela Jop, lo kayak baru kenal gue sama Ipan. Ipan tuh, ah tau dah. Setiap kali dia bonyok, dia mabok, dia digebugin, bahkan utang aja gue bayarin! Tapi dia selalu gak mau gue tolongin! Apa susahnya sih nerima uluran tangan gue? Lagi-lagi, dia cuma bilang, "Lo tuh, udah susah bukannya bantuin kerja malah kuliah." ya gimana ya Jop, emak bapak gue udah gak ada. Kakak gue cuma dia, sukur-sukur tuh orang masih gue urusin."

"Lo tau gak kenapa dia gitu?"

Lihat selengkapnya