Tak ada masalah yang selesai tanpa mengundang masalah baru. Sebab masalah akan membentuk kita untuk menguatkan diri atau malah bermain tali.
***
Tragedi gagal balikan yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu, masih menyisakan sebal bagi Shafa. Bagaimana tidak? Dengan sangat tidak berakhlaknya, Iyan tidak mendengarkan permintaan maaf Shafa yang jelas-jelas kode minta balikan! Kalau ponsel Shafa bisa ditembus, bisa dipastikan tangan Shafa akan masuk ke dalam ponsel dan menampar Iyan dengan segala kebegoannya.
Namun, tiba-tiba Shafa ingat ketika Iyan menyebutkan nama Surya. Tanpa basa basi, Shafa menelpon abangnya itu.
"Hal---"
"Ngomong apaan lo ke Iyan, hah?"
"Bujug. Bukannya salam atau apaan kek, main semprot aja. Ada masalah apaan lo sama gue?"
"Abang ngomong apa ke Iyan? Kok Iyan bilang, kata abang gue sakit."
"Emang bener lo sakit kan?"
"Sakit apaan coba? Gue sehat wal'afiat begini!"
"Sakit hati! Hahaha."
"Ish! Kan dia jadi nelponin gue."
"Ya bagus dong, jadi lo punya kesempatan buat balikan. Baik kan gue? Terus itu si Bunda, ngasih risol ke Iyan gak?"
"Iya. Loh kok abang tau?"
"Gue yang nyuruh. Biar akses balikan lo lancar jaya."
"Ampun banget deh punya abang modelannya kayak lo."
"Dah lah! Gue mau tidur, di sini udah malam."
"Eh, bang."
"Apaan?"
"Gue gagal balikan. Bantuin lagi."
"Ogah ah. Tadi gue bantuin, lo malah misuh-misuh ke gue. Sekarang minta bantuin. Bodo amat deh!"
"Yah bang, jan kek begitu lah."
"Bodo amat bukan urusan gue. Salah sendiri egois. Dah lah gue mau tidur."
Panggilan diputuskan secara sepihak yang membuat Shafa mencebikkan bibirnya. Gadis itu mendadak tidak mood bekerja akibat tragedi Iyan dan abangnya secara berturut-turut.
Baru saja Shafa hendak duduk, tiba-tiba seseorang menarik kursinya dan membuat Shafa jatuh ke lantai. Sialnya, rok span Shafa sobek dan memperlihatkan pahanya.
Shafa menganga, kemudian mendongak ke arah pelaku. Sedangkan di pelaku, hanya tertawa-tawa tidak jelas.
"Duh kasihan banget, haha," ucapnya.
"Eh Ren, tinggalin yuk," ucap salah satunya lagi.
"Yuk."
Shafa segera bangkit kemudian mencekal tangan gadis yang dipanggil 'Ren' itu. Kedua gadis itu berhenti kemudian menoleh ke arah Shafa. Dengan perasaan marah dicampur geram, Shafa melayangkan tangannya ke arah pipi Ren itu. Namun, belum sempat menyentuh kulit gadis itu, Shafa menghentikannya kemudian mengepalkan tangannya.