Dan sebagian manusia memilih terluka; melara dalam diam dan menebus kesalahan yang bukan miliknya, dibandingkan tertawa untuk membunuh orang tersayangnya.
***
Matahari semakin tinggi, jalanan mulai ramai. Semakin banyak aktivitas manusia dan semakin banyak pula suara bising tercipta. Di antara suara bising itu, Iyan dan Jovi masih saja terlelap. Untungnya, hari ini Iyan masuk sift sore dan tak ada jadwal kuliah karena dosen yang mengajar hari ini sedang izin, jadi hanya memberikan tugas.
Kalau saja bukan dering ponsel Iyan yang begitu mengganggu telinga, mungkin kedua manusia itu tidak akan bangun sampai nanti sore.
"Hape siapa sih? Brisik banget!" racau Jovi yang masih setengah sadar, meskipun setelah itu ia tidur lagi.
Sedangkan Iyan meraba sekelilingnya untuk menemukan ponselnya. Namun ia malah menemukan yang lain.
"Anjir apaansi Yan?!"
Mata Iyan terbuka sempurna dan ia beranjak duduk seketika. "Apaansi Jop?"
"Lo apaan! Tangan lo itu loh!"
"Apaansi? Gue nyari hape!"
"Ya jangan ngambil punya gue dong. Bang*at lo!"
"Ya maap sih. Liat hape gue gak lo?"
"Mana gue tau!"
Iyan memutar bola matanya dan beranjak bangkit untuk berusaha menemukan ponselnya yang dari tadi tidak berhenti berdering. Mulutnya tak dapat berhenti menggerutu sebab ia tak kunjung menemukannya juga. Kemudian,
"Oh iya, kan hapenya di kantong celana. Celananya gue gantung. Gimana si gue," gumam Iyan yang menyadari kebodohannya.
"Bego dipelihara," sahut Jovi tiba-tiba.
"Bac*t!"
Iyan meraih ponselnya kemudian mengangkat panggilan dimana nama Ipan tertera di sana.
"Paan?"
"Yan, lo bisa ke sini gak?"
Iyan terheran ketika ia tak mendengar suara Ipan, melainkan suara seorang gadis yang tengah menangis.
"Ini siapa?"
"Gue Rima. Tolong dong, lo ke sini sekarang juga."
"Ke mana?"
"Ke rumah Ipan. Buruan!"
"Kenapa sih?"
"Buruan! Lo dengar gue gak sih?! Kalau sampai lo gak ke sini, gue potong ya burung lo!"
Iyan terkejut ketika Rima mengucapkan kalimat itu dengan sangat garang. Udah gitu, langsung dimatikan. Iyan diam sejenak, berpikir apakah ia harus ke sana atau tidak.