Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #22

22. Luka perihal malam

Dimana kita berpijak dan melangkah, kita punya risiko atas hal itu. Sebagian beruntung karena tak terjadi, tetapi sebagian lagi tidak.

***

Sebagian orang bilang, malam itu menyeramkan. Banyak hal buruk terjadi ketika malam. Tapi, Shafa tidak mempercayainya. Shafa selalu suka jalan-jalan ketika malam hari. Ia suka melihat keindahan kerlap-kerlip cahaya di malam hari. Seperti ada keindahan yang dibalut dengan kegelapan, sayangnya tak semua orang bisa mengerti. Itu menurut Shafa. Jadi, ketika ia harus pulang malam sekalipun, Shafa tidak takut.

Hari itu, Shafa pulang cukup malam. Pukul sepuluh lebih lima belas menit, itu saja Shafa baru turun di depan gang. Sedangkan kosnya ada di ujung dan itupun Shafa harus melintasi beberapa gang lagi.

Kalau ditanya habis ke mana, Shafa habis jalan-jalan bersama teman-temannya. Melepas lelah yang ada di kepalanya. Belum lagi ketika harus mengingat Iyan. Haduh, Shafa pusing!

Shafa melambaikan tangannya, "Dah! Makasih ya udah ajakin gue."

"Dadah Shafa! Nanti kita jalan lagi yaaaa! Gue balik dulu!"

"Ya!"

Shafa tersenyum menatap mobil temannya yang kian hilang dimakan jarak. Setelah hilang dari pandangan, Shafa harus berjalan untuk sampai ke kosnya. Biasanya, jam segini masih ramai. Tetapi entah kenapa hari ini begitu sepi. Shafa juga baru menyadari, gangnya sedikit gelap dan cenderung remang-remang. Ah, Shafa tidak takut pada hantu! Shafa hanya takut pada Tuhan.

Perasaan Shafa mendadak tidak enak ketika ia merasa ada seseorang yang mengekorinya dari belakang. Alih-alih Shafa tengok kanan kiri, siapa tau ada seseorang di sana. Shafa menghentikan langkahnya, kemudian berbalik. Namun... Nihil. Tak ada siapapun di sana. Shafa mengangkat bahunya acuh, mungkin hanya perasaannya saja. Shafa melanjutkan langkahnya.

Namun, lagi-lagi derap langkah terdengar di belakangnya ketika hampir saja, satu belokan lagi ia sampai di kosannya. Shafa berbalik, dan lagi-lagi tak menemukan siapapun di sana. Ketika Shafa hendak melanjutkan langkah, tiba-tiba seseorang mendorong badannya.

Bruk!

Shafa terjatuh. Jantung Shafa berpacu dua kali lebih cepat. Seseorang yang mendorongnya tersenyum mengerikan.

"Tolong!" pekik Shafa.

"Aduh, sayang. Ngapain sih minta tolong? Ini gang sepi, dan semua orang udah pada tidur juga. Yuk main."

Shafa mulai menitihkan air mata seraya memundurkan langkahnya. "Tolong!" Shafa masih mencoba meminta tolong meskipun suaranya mulai parau.

Sial, tubuh Shafa menabrak tembok. Sedangkan, pria tua itu semakin mendekat. Namun, Shafa tak kehabisan akal. Syukurnya, saat ini Shafa menggunakan sepatu berhak tinggi. Diraihnya sepatu miliknya, ia lemparkan kepada lelaki itu.

Lihat selengkapnya