Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #24

24. Saling membasuh

Setiap manusia yang datang memiliki peran berbeda. Ada yang tercipta untuk ditakdirkan bersama, atau bahkan hanya sekadar pembasuh luka.

***

Lonely and forgotten

Never thought she'd look my way

And she smiled at me and held me

Just like she used to do

Like she loved me

When she loved me

When somebody loved me

Everything was beautiful

Every hour spent together

Lives within my heart

When she loved me

Sialan. Rasanya Iyan ingin memaki seseorang di sampingnya ketika ia tanpa malunya bernyanyi dengan suara cukup lantang di lampu merah. Pasalnya, bukan karena suaranya yang lantang, tetapi karena lirik lagunya sangat cocok dengan keadaan Iyan saat ini.

"When somebody lov---"

"Mas," panggil Iyan karena tak tahan tersindir.

Mas-mas itu menoleh, "Eh, kenapa ya?"

"Jan nyanyi dong. Gak kasihan apa sama yang ngomong di speaker?"

"Loh, bukannya itu rekaman?"

"Pokoknya jangan nyanyi lah!"

Bukannya takut, mas-mas itu terkekeh dan menyeringat. "Lagi galau ya makanya ngerasa kesindir?"

Iyan menutup kaca helmnya kemudian langsung tancap gas. Untungnya saat itu lampu hijau sudah menyala, jadi Iyan bisa langsung melarikan diri.

Senja menggantung, malu-malu pamit hendaknya pulang. Jingga menyala menerangi jiwa-jiwa yang butuh pulang. Iyan sudah melalui setengah jalan, tapi rasanya ia ingin putar balik. Rasanya ada yang salah dengan dirinya. Rasanya Iyan menyesal pulang.

Iyan menepikan motornya, tepat di hadapan toko kelontong. Ia berhenti, tetapi tak berniat turun. Cuma numpang berpikir apakah ia harus kembali lagi atau lanjut pulang dan menyesali diri sendiri.

Rasanya Iyan tidak rela melihat Shafa berada di pelukan lelaki tadi. Apalagi, lelaki tadi terlihat sengak, Iyan tidak suka dan tidak akan pernah suka. Kecuali Shafa bersamanya. Tapi, bagaimana bisa ia berpikir bahwa dia adalah pacar baru Shafa? Kecuali... Dia memang benar pacar Shafa.

Urusan hati dan ego selalu sulit untuk diselesaikan. Perihal itu, keduanya hanya akan bisa saling menyakiti. Ego dengan segala kerasnya, dan hati dengan segala kepasrahannya. Tiba-tiba, Iyan mengingat ucapan Kayla tempo hari.

"Senja itu bukan hilangnya keindahan dari bumi ini. Tetapi bergantinya keindahan yang senja punya dengan keindahan yang malam punya. Bintang, bulan, mereka juga sama-sama indah kayak senja. Senja dengan ranumnya, bintang dengan kelap-kelipnya, bulan dengan cahayanya. Keduanya sama-sama indah, dan itu semua hanya pasal berganti."

Iyan mendongak, menatap mentari yang pulang tanpa lambaian tangan. Di antara bisingnya lalu lalang kendaraan. Deru motor yang berlomba-lomba menjadi nada yang abadi, padahal keabadian hanya milik debu.

Apakah Shafa akan terganti?

Apakah mungkin Iyan mampu?

Apakah Shafa mampu tergantikan?

Apakah akan ada yang cukup menggantikan Shafa?

Apakah Iyan siap?

Dan... Apakah Iyan juga akan terganti?

Apakah Shafa juga siap?

Apakah Iyan mampu tergantikan?

"Yan? Oi!"

Lihat selengkapnya