Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #25

25. Bulan tak lagi malu-malu

Kita tak butuh alasan untuk menulis puisi, tetapi kebanyakan puisi tercipta karena sebuah alasan.

***

Dilahirkan dari rahim seorang Ibu dan diasuh oleh orang lain, membuat hidup Rima begitu rumpang. Kepalanya hanya penuh tanda tanya dan praduga yang hingga saat ini tidak pernah terselesaikan. Sebaik apapun Bambang, tetap saja, ia bukan Ayah kandung Rima, dan gadis itu akan terus bertanya dimana orang tua kandungnya.

Rima tidak pernah bosan bertanya kepada Tuhan, mengenai hidupnya. Seperti:

Kenapa harus aku yang terlahir begini?

Apakah orang tuaku merindukan aku seperti aku merindukannya?

Apakah mereka masih hidup?

Dan apakah mereka sebenarnya tidak menginginkan aku ada?

Pada akhirnya, Rima hanya akan bungkam. Memilih pikirannya hidup dan berkembang biak menjadi godam yang menghantamnya keras-keras. Entah Rima harus bersyukur atau tidak memiliki Ayah seperti Bambang.

Ketika kakinya berhenti dan matanya menatap pintu markas besar Bambang, ia menghela napas panjang. Rasa kecewanya terhadap Bambang belum luntur juga. Dibukanya pintu itu, membuat manusia di dalamnya menjadikan Rima sebagai objek yang menarik perhatian.

"Baru pulang Bu Haji? Kemana aja dua hari kagak keliatan batang hidungnya?" gurau Bambang ketika ia melihat wajah Rima yang lesu.

Bukannya menjawab, Rima malah berdiri di hadapan Bambang dengan tangan ditekuk di depan dada.

"Papa apain Ipan kemarin malam?"

Tawa seorang Bambang dengan badannya yang kekar dan wajah sangar, hilang seketika Rima menanyainya dengan nada introgasi.

"Ngapain apa? Emang Papa ngapain Ipan?"

"Pa, Rima tau ya, Papa cekokin Ipan alkohol kan?"

"Enggak."

"Papa mau Rima kabur lagi?"

Bambang terdiam. Ditatapnya lekat-lekat mata Rima, ia menemukan satu kekhawatiran di sana. Satu titik yang tak bisa dimungkiri, bahwa anak angkatnya itu menarug rasa pada Ipan.

"Kamu suka ya sama Ipan?"

"Pa, jangan ngalihin pembicaraan dong! Papa apain Ipan kemarin?"

"Kamu udah tau kan? Kenapa harus nanya lagi. Kamu suka ya sama dia?"

Mata Rima berair tiba-tiba, "Pa, kapan si Papa jadi orang bener? Papa gak capek kayak gini terus?"

"Udah ya Papa males ribut sama kamu."

"Terus, Papa kapan mau bebasin Ipan?"

"Kamu kenapa belain dia terus sih? Kamu suka sama dia? Hah?!"

"Sebenarnya aku bingung Pa, Papa lakuin ini buat aku atau cuma buat diri Papa sendiri. Dari dulu aku bilang, aku gak butuh uang! Tapi Papa selalu ngotot kalau Papa lakuin ini demi aku. Papa jahat banget tau gak, harus mengotori sucinya hidup seseorang demi kepentingan Papa sendiri!"

"Anak Papa udah gede, udah ngerti yang namanya perasaan."

Lihat selengkapnya