Ketika Kau Tak Bersama Siapapun

Ayeshalole
Chapter #28

28. Tak ada peluk, hanya pelik

Ketika semesta sedang tidak mengizinkan kau bahagia, pulanglah. Ke palung paling dalam dan relung paling nyaman. Di sana, kau akan menemukan segalanya.

***

Manusia selalu suka berandai-andai, terutama soal bagaimana ia ingin bisa memutar waktu. Padahal kalau manusia bisa memutar waktu, belum tentu ia bisa kuat seperti hari ini. Namun manusia tak pernah bosan di dalam angan-angannya, bahkan, yang paling menyedihkan adalah ketika ia hanya bisa hidup di dalam angan-angannya, tanpa mau bangkit menyapa kenyataan.

Sama, Iyan juga. Setelah insiden sore tadi, Iyan hanya bisa berharap bahwa ia mampu memutar waktu. Jika Iyan mampu, rasanya Iyan ingin memeluk Shafa dan menceritakan dengan sebaik-baiknya ucapan. Bukan seperti tadi. Iyan yakin, dan sangat yakin, hal itu tidak hanya akan menyakiti Shafa, tetapi juga menyakiti dirinya sendiri.

Dengan perasaan kacau balau, untungnya Iyan masih mampu mengendarai motor sendirian dan tidak ada niatan untuk menabrakkan diri ke tiang lalu lintas. Motornya terparkir begitu saja di depan kosan, Iyan hanya ingin langsung tidur. Sembari melepas helm, perasaan Iyan tambah tak karuan ketika matanya menemukan kertas beserta tulisan yang tertempel di jendela kosnya. Tulisannya, kali ini lebih bervariasi.

BAPAK KORUPTOR,

ABANGNYA PENGEDAR!!

MANUSIA MENJIJIKAN!!

Iyan menatap sinis ke sekelilingnya, barangkali si pelaku masih ada di sektar sini. Nyatanya, ia tak menemukan siapapun. Dengan geram Iyan mencopoti semua kertas itu dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Ketika ia hendak kembali ke kosnya, matanya menatap Hilal yang baru saja keluar kos hendak menjemur handuk. Namun, Iyan sedang di bawah kendali emosinya.

Ditariknya keras baju Hilal, "Woi! Apaansi Yan?!"

"Lo kan yang udah nempelin tulisan gak berguna di jendela kos gue?! Ngaku lo!"

"Bukan anjir!"

"Jangan bohong lo! Pertama, lo yang udah lempar kaca kos gue. Kedua dan sampai entah ke berapa, lo yang nemepelin tulisan-tulisan itu!"

"APA BUKTINYA, HAH?!"

Iyan diam, matanya masih menyalakan emosi tanpa melepaskan tangannya dari kerah baju Hilal.

"GAK PUNYA BUKTI KAN LO?!"

"Kalau lo gak salah, lo gak mungkin jauhin gue!"

Hilal terkekeh, "Lo bocah banget tau gak. Semua orang punya masalah Yan, dan ngebuat gak semua hari-hari kita kayak biasanya. Lo penulis, tapi untuk hal sepeka itu lo gak ngerti. Omong kosong tulisan lo!"

"ANJ*NG!!"

"WOI APAANSI?!" Jovi melerai kedua manusia itu yang hampir saja adu jotos. Untung saja Jovi datang di waktu yang tepat.

"Sini lo maju!"

"Yan! Udah bego!"

Iyan dan Hilal sudah berhasil dipisahkan. Jovi meminta maaf kepada Hilal dengan seadanya, lalu menarik tangan Iyan untuk segera masuk ke dalam kosan.

"Lo bertingkah apaan lagi si Yan?"

Iyan duduk di atas kasurnya dengan wajah tertekuk. "Hilal yang nempelin tulisan-tulisan di jendela kos gue."

"Lo punya bukti?"

"Enggak."

"Ya lo gak bisa nuduh sembarangan dong tolol!"

Lihat selengkapnya