Jika kau memiliki waktu, sampaikanlah sebelum waktu tak memberimu kesempatan. Sebab, banyak orang tenggelam dengan sesal sebab tak pernah mencoba untuk menyampaikan.
***
Langit redup, seolah mentari perlu rehat dan minum kopi dulu. Makan gorengan bila perlu. Seolah mentari mengintai kedua manusia itu dari kejauhan sembari rehat di warung kopi. Katanya:
"Rasanya, aku mau pensiun saja jadi mentari. Setiap harinya harus melihat manusia kehilangan, aku lelah."
Setiap hari, ada manusia yang kehilangan. Entah kehilangan orang-orang tersayangnya, ataupun bahkan kehilangan dirinya sendiri. Setiap hari semesta harus melihat derai air mata, melihat perpisahan tanpa lambaian tangan, melihat banyak kehilangan yang menyesakkan.
Setiap hari,
selalu begitu.
Kalau mentari adalah sebuah profesi, niscaya pasti ia ingin segera pensiun.
Di bawah langit yang redup, kedua manusia itu duduk di tepi jembatan. Kakinya menggantung, seperti halnya Iyan yang juga membutuhkan penjelasan. Dari banyaknya tempat untuk bicara, Iyan juga tidak paham mengapa Ipan memilih duduk di sini. Padahal, kalau Iyan kesal dengannya, Iyan bisa saja langsung mendorong Ipan dan membiarkan abangnya melayang bebas ke bawah.
Namun, kita tau sendiri bahwa Iyan tak segila itu.
"Kenapa si ngajakin gue ke sini? Kayak gak ada tempat lain aja."
"Karena cuna tempat ini yang paling dekat dari pemakaman."