Ketika Langit Tak Lagi Batasnya...

Shabrina Farha Nisa
Chapter #10

Kejomplangan yang Jadi Kekuatan

Minggu berikutnya setelah badai skandal itu mereda—meski bisik-bisik di dunia maya tak pernah benar-benar hilang—kehidupan Aruna dan Bima perlahan kembali menemukan ritmenya. Syuting "Simfoni Senja" dilanjutkan dengan semangat baru. tapi, ada sesuatu yang berubah secara fundamental dalam dinamika mereka, sesuatu yang jauh lebih dalam dan lebih kokoh dari sebelumnya. Kehadiran Bima yang tak tergoyahkan di sisi Ara selama masa sulit itu telah menjadi perekat abadi bagi hubungan mereka.

Ara, yang biasanya sangat mandiri dan cenderung memendam masalahnya sendiri, kini mulai lebih terbuka pada Bima. Ia menemukan bahwa berbagi bebannya dengan Bima tidak membuatnya terlihat lemah, justru sebaliknya, ia merasa lebih kuat karena tahu ada seseorang yang tulus mendukungnya. Dan Bima, ia tak lagi merasakan sedikit pun keraguan tentang posisinya di sisi Ara. Kepercayaan penuh yang diberikan Ara, ditambah pembuktian dirinya sendiri bahwa ia mampu menjadi sandaran bagi wanita sekaliber Ara, telah menumbuhkan rasa aman dan harga diri yang luar biasa.

Justru dalam masa pemulihan inilah, "kejomplangan" yang dulu seringkali menjadi sumber kegelisahan Bima dan bahan gunjingan orang lain, kini bertransformasi menjadi sumber kekuatan unik bagi hubungan mereka.

Ara mulai melihat dan menghargai hal-hal kecil yang dilakukan Bima untuknya, hal-hal yang mungkin tampak sepele di mata dunia, tapi begitu berarti bagi hatinya. Suatu malam, setelah seharian syuting adegan emosional yang menguras tenaga, Ara kembali ke apartemennya dengan perasaan lelah luar biasa. Ia mendapati Bima sudah ada di sana—Ranti memberinya kunci duplikat atas seizin Ara, untuk "berjaga-jaga". Bukannya mengajaknya makan malam di restoran mewah, Bima justru sedang sibuk di dapur kecil Ara, memasak nasi goreng sederhana dengan aroma yang membangkitkan selera.

"Aku tahu Mbak pasti capek dan nggak mood makan yang berat-berat," kata Bima sambil tersenyum, menyajikan sepiring nasi goreng hangat dengan telur mata sapi setengah matang kesukaan Ara di atasnya. "Ini resep andalan anak kos, tapi semoga Mbak suka." Ara tertegun. Selama ini, ia terbiasa dengan kemewahan, dengan staf yang siap melayani setiap kebutuhannya. Tapi sentuhan personal seperti ini, perhatian tulus yang tak ternilai harganya, adalah sesuatu yang langka ia dapatkan. Malam itu, menyantap nasi goreng buatan Bima di meja makan kecil apartemennya, Ara merasakan kehangatan dan kenyamanan yang jauh melampaui hidangan bintang lima mana pun. Ia menceritakan hal ini pada Bima, bagaimana perhatian kecil itu begitu menyentuhnya. Bima, mendengar apresiasi tulus dari Ara, merasakan dadanya menghangat. Usahanya, sekecil apa pun itu, dihargai. Ia merasa menjadi partner yang sesungguhnya.

Lihat selengkapnya