Ketika Langit Tak Lagi Memelukmu

Dyah
Chapter #1

Chapter 1 - Sekejap Semua Berubah

Ruang rapat lantai dua belas dipenuhi para manajer divisi dan jajaran eksekutif. Suasana tegang—sebagian besar karena presentasi pagi ini akan menentukan arah strategi perusahaan selama satu tahun ke depan.

Almira melangkah masuk dengan kepercayaan diri yang tenang. Rambutnya disanggul rapi, menonjolkan garis wajah yang tegas dan profesional.

Sebagai Head of Market Strategy, hari ini ia mempresentasikan Market Expansion Roadmap 2026—strategi komprehensif untuk memperluas jangkauan perusahaan ke tiga wilayah baru dan meningkatkan positioning brand di pasar digital. Begitu layar menyala, Almira membuka presentasinya.

“Dalam enam bulan terakhir, tim saya melakukan analisis perilaku konsumen, pemetaan kompetitor, dan proyeksi pertumbuhan pasar. Hasilnya menunjukkan tiga peluang utama yang jika kita eksekusi dengan presisi, bisa meningkatkan revenue hingga 27 persen dalam satu tahun,” tuturnya sambil menampilkan grafik pertama.

Ia menyajikan data dengan sistematis: tren konsumsi, celah kompetitor, peluang distribusi, hingga potensi segmentasi audiens yang selama ini terabaikan.

“Di wilayah timur, kita melihat peningkatan kebutuhan produk kategori premium. Kompetitor besar belum masuk agresif ke sana, ini memberi kita ruang untuk membangun fondasi kuat sejak dini,” jelasnya, sambil menunjuk proyeksi pertumbuhan yang ia hitung sendiri.

Para eksekutif terlihat mengangguk setuju.

Almira lalu menunjukkan slide penutup berisi ringkasan strategi: penetrasi pasar berbasis micro-segmentation, kolaborasi dengan key partners lokal, serta kampanye digital yang dipersonalisasi melalui AI behavior tracking. Ia menjelaskan rencana tersebut dengan detail yang padat namun mudah dipahami.

“Jika proposal ini disetujui, peluncuran tahap pertama dapat dimulai dalam empat puluh lima hari. Dan dengan prediksi market response seperti pada skenario terbaik,” ia tersenyum sekilas, “kita bisa menjadi pemimpin pasar sebelum kuartal ketiga.”

Hening sejenak. Lalu—

Brapt, brapt, brapt.

Tepuk tangan pecah di sekeliling ruangan.

Beberapa manajer tampak terkesan, sementara dua direktur di ujung meja saling melirik dan mengangguk puas. Atasannya, Direktur Utama Arvian Maheswara, berdiri sambil ikut bertepuk tangan.

“Luar biasa, Almira,” katanya dengan bangga. “Ini analisis paling komprehensif yang kita terima tahun ini. Eksekusi ide seperti ini yang kita butuhkan.”

Almira menunduk sopan. “Terima kasih, Pak Arvian.”

[ ✧✧✧ ]

Kantin eksekutif lantai 12 terasa jauh lebih hangat dari biasanya. Almira duduk bersama Dito dan David yang masih terbawa euforia keberhasilannya.

“Lo keren banget, Al. Baru kali ini gue lihat Pak Arvian sepuas itu,” ujar Dito.

Lihat selengkapnya