Ketika Langit Tak Lagi Memelukmu

Dyah
Chapter #4

Chapter 4 - Pelukan Kampung Halaman

Setelah berbulan-bulan tenggelam dalam penolakan dan frustrasi, Almira akhirnya mencapai batasnya. Puluhan email penolakan, rasa hampa yang menusuk, dan kesadaran pahit bahwa ia telah tertinggal dari arus kehidupan normal—semua itu menuntut jeda. Ia merasa jiwanya terkuras habis, dan kepala yang selalu dipenuhi strategi kini terasa kosong dan nyeri.

Ia harus beristirahat, memutus rantai keputusasaan yang melilitnya.

Pilihannya jatuh ke satu-satunya tempat yang ia yakini tidak akan pernah menghakiminya: kampung halamannya, tempat Ibu, Bapak, dan saudaranya berada.

[ ✧✧✧ ]

Begitu kaki Almira menyentuh tanah bandara, ada ketenangan aneh yang merayap di dadanya. Lima tahun terakhir, ia jarang—bahkan hampir tidak pernah—pulang ke kampung halaman. Kariernya adalah prioritas mutlak.

Sejak hari pertama bekerja di perusahaan multinasional itu, Almira mengorbankan cuti, mengalahkan rasa lelah, dan menunda liburan hanya demi mengejar target, promosi, dan proyek-proyek besar. Ambisinya besar, dan ia selalu menempatkan pekerjaannya di atas segalanya. Bahkan hubungan pribadi dan keluarga pun tak jarang tergeser oleh rapat, deadline, dan strategi bisnis yang harus diselesaikan.

Kali ini, setelah sekian lama tenggelam dalam kegagalan dan penolakan, ia memutuskan untuk memberi dirinya jeda. Pulang ke kampung halaman, ke tempat yang selalu memberi rasa aman—di sana, dunia terasa lebih sederhana, lebih nyata, dan lebih hangat.

Kotanya berada di wilayah Indonesia Timur, masuk zona WITA. Dari bandara ke desa, perjalanan masih panjang. Almira harus menempuh perjalanan dua jam dengan bus, melewati jalan-jalan yang mulai menyingkap panorama alam yang membuat dadanya lega.

Desa itu terletak di ujung timur kota, bak permata yang terselip di antara bukit-bukit hijau, persawahan yang terhampar rapi seperti permadani, dan pantai dengan pasir putih yang halus, di mana ombak laut biru jernih berkejaran ke bibir pantai.

Di kejauhan, perbukitan bergelombang menambahkan lapisan ketenangan. Sambil duduk di bus, Almira menatap keluar jendela, menikmati panorama yang tak pernah ia hargai selama ia sibuk mengejar karier: matahari yang memantul di permukaan sawah yang basah, nelayan yang menyiapkan jala di tepi pantai, dan pepohonan rindang yang mengayun lembut oleh angin sore.

Lihat selengkapnya