Ketika Langit Tak Lagi Memelukmu

Dyah
Chapter #9

Chapter 9 - Cinta yang Berubah Menjadi Tuntutan

Almira duduk bersandar di bawah jendela kamarnya. Lampu kecil di pojok meja memantulkan bayangannya di kaca, memperlihatkan wajah yang tampak letih, sembap, dan pucat. Di luar, langit malam begitu gelap hingga sulit membedakan mana malam, mana perasaannya sendiri.

Ia memeluk kedua lutut. Tenggorokannya panas, matanya terasa perih—meski ia sudah tidak menangis lagi. Setelah ucapan ayah dan ibunya tadi pagi, ia merasa… kosong. Separuh dadanya seperti terkelupas.

Dipecat. Diputuskan. Gagal CPNS. Dan kini, orang tuanya sendiri melabelinya sebagai anak gagal yang hidupnya hancur.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Almira merasa sendirian. Bukan karena tidak ada orang, melainkan karena orang yang seharusnya mendukung, justru ikut menghancurkan.

Ponselnya tiba-tiba berdering.

Suara yang memecah kesunyian itu justru membuat jantungnya terlonjak.

Nama Ratih muncul di layar.

Dengan tangan gemetar, Almira mengusap pipinya dan menekan tombol hijau.

“Ya, Rat?”

“Mbak, kata Ibu… mbak dipecat ya?”

Suara Ratih terdengar tergesa—ada kepanikan di sana.

“Terus kalau mbak dipecat, kuliahku gimana? Trus liburan semester ini aku ada rencana magang di Singapura sama teman-temanku. Itu kan butuh dana besar. Kalau mbak nggak kerja… ya gimana, Mbak?”

Almira terdiam.

Bukan karena terkejut.

Melainkan karena baru menyadari sesuatu yang menusuk lebih dalam.

Kepanikan Ratih bukan untuknya.

Bukan karena khawatir tentang apa yang sudah Almira lalui hari ini.

Bukan karena ingin tahu apakah kakaknya baik-baik saja setelah kehilangan pekerjaan.

Ratih panik…

Karena membayangkan hidupnya sendiri akan terganggu.

Yang ia pikirkan hanyalah—

Dirinya sendiri.

Dan kesadaran itu membuat dada Almira terasa sesak.

Almira memejamkan mata sesaat, lalu berkata pelan, berusaha tenang.

“Kamu tenang aja. Mbak tetap bayar uang kuliahmu sampai lulus. Tapi uang bulananmu mbak potong mulai bulan depan. Kamu harus hidup lebih hemat, ya. Dan soal magangmu ke Singapura… Mbak nggak bisa biayain itu. Ibu pasti sudah cerita ke kamu kalau mbak sudah nggak kerja lagi.”

Lihat selengkapnya