Ksatria Lans merupakan prajurit khusus yang berasal dari kabupaten Higbrid. Mereka dilatih secara khusus untuk melakukan tugas khusus pula, seperti mengintai, mencari, hingga membunuh dengan cara yang paling halus.
Ksatria Lans tidak seperti ksatria pada umumnya di provinsi Witterstein. Ada beberapa kriteria yang dijadikan patokan para ksatria Lans, salahsatunya tinggi badan, postur, dan kepintaran. Itu dipengaruhi oleh tugas mereka yang menjadi senjata khusus.
Ksatria Lans memilih kandidatnya dari orang yang tidak pernah melakukan kriminal dan orang-orang yang masih memiliki kerabat dari para bangsawan. Hal ini juga salahsatu tindak kotor di provinsi Witterstein.
Ksatria Lans diciptakan tidak lain untuk kepentingan Higbrid. Mereka orang-orang terpilih diseleksi sedemikian ketatnya kemudian diposisikan di Higbrid. Awalnya mereka ditaruh di pusat kota Higbridtheria, namun kemudian karena keadaan yang genting, mereka dipindahkan ke Bukit Eeden.
Ksatria Lans memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada ksatria lainnya. Mereka bisa langsung berhubungan dengan sang bupati. Bahkan bila beruntung, mereka dapat memilih istri-istri mereka dengan sesuka hati.
Tak hanya itu, mereka juga dapat tanah dan rumah, beberapa budak, dan penduduk. Mereka juga dihadiahi beberapa koin emas untuk simpanan masa tua mereka, dan kendaraan pribadi untuk keperluan sehari-hari. Kuda-kuda pilihan menjadi kendaraan mereka.
Tugasnya adalah untuk mengawasi para tahanan di bukit Eeden agar tidak kabur. Mereka juga gesit dalam penghindarannya terhadap para pelahap lahan. Berbeda dari ksatria biasanya, mereka memang ditugaskan untuk menaklukan medan paling berbahaya.
Tak hanya itu, tugasnya yang lain yaitu menjaga keutuhan Higbrid dari para pemberontak. Mereka dapat membunuh targetnya tanpa diketahui oleh sang korban. Begitu cakap dan mahirnya dalam menguasai ilmu pedang.
Suatu ketika Balin yang sedang mencari jalan pulang merasakan adanya kehadiran para ksatria Lans. Ia seperti sedang diawasi dari kejauhan. Tanda-tandanya tak lain Balin selalu merasa ada yang mengikutinya.
Hal ini berlangsung sampai matahari menembus ke wajahnya. Didapatinya juga tubuh yang semakin kelelahan karena kurang air dan tidur. Matanya pun mulai berbayang.
Pikir Balin, mungkin ini akibat dari matanya yang mengantuk, sehingga merasa ada yang sedang mengawasi dirinya. Tapi ini di bukit Eeden. Segala hal bisa saja jadi mungkin dan Balin tak mau tercebur ke dalam taktik kotor para pelahap lahan.
Dan benar saja, para ksatria lans mengawasi perbatasan jalan keluar menuju Higbridtheria. Balin tak punya pilihan lain selain memutar balik mencari jalan lain untuk keluar. Tubuhnya sudah tak dapat menahan beban tubuhnya.
Ia pun mengambil jeda sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Ksatria Lans mengawasi para tahanan dengan berpatroli sekeliling perbatasan. Hanya di perbatasan, tak mungkin mereka masuk ke dalam hutan rimba tersebut.
Setelah beberapa lama, Balin berdiri berniat melanjutkan perjalanannya lagi dengan memutar balik mencari jalan lain. Setidaknya ia sudah dekat dengan jalan keluar. Tandanya tak lain dengan adanya para Ksatria Lans yang menjaga.
Tak ada cara lain selain mewaspadai pergerakan ksatria Lans. Mereka bisa saja mengepung Balin dan menangkap basah dirinya. Ketika Balin berjalan memutar balik sambil mengendap-endap, ia mendengar mereka membunyikan sinyal.
Sinyal yang tak diketahui Balin. Lebih jelasnya, mereka sedang mengawasi Balin. Karena Balin tak begitu pandai dalam hal bersembunyi, ia kerap kali merasa khawatir sewaktu-waktu ketahuan sedang berjalan di hadapan mereka.
Mawas diri Balin tak sepadan dengan rasa takutnya yang lebih besar. Ia berharap tak ditemukan oleh para ksatria Lans maupun para pelahap lahan.
Ketika melewati semak-semak belukar, Balin sadar bahwa ia kini sedang diikuti. Bunyi gemeresik angin membuat keadaan semakin muram. Ia berjalan bersusah payah menuju ujung dari tanaman semak belukar tersebut.
Terdapat luka-luka di kakinya, namun Balin tak menghiraukannya dan tetap berjalan sejauh dua kilo meter. Di sana ia dihadapkan lagi dengan kengerian para pelahap lahan. Ia tak bisa mundur lagi sekarang sebab ksatria Lans pasti mengawasinya dari kejauhan.
Namun meski begitu, ia memilih untuk tetap berjalan mencari jalan memutar untuk melewati pos penjagaan para ksatria Lans. Hanya itu satu-satunya jalan keluar. Balin sudah tak sabar untuk dapat pulang dan bertemu dengan anak-anaknya.
Balin sengaja mengambil jalan berkelok-kelok ketika tengah mengendap-endap mencari jalan memutar. Meski ia tak pandai dalam membaca medan, ia cukup lihai dan mempunyai insting yang kuat dalam bertahan hidup.
Berlama-lama ia mewaspadai pergerakan para Ksatria Lans di belakang, takut ia ketahuan. Baru setengah jalan, ia dikejutkan dengan adanya salah satu ksatria Lans yang meneriaki dirinya. Dari sini, Balin tak punya pilihan lain selain melarikan diri.
Dengan berbekal pengetahuan seadanya, ia keluar-masuk lubang di tengah hutan. Terdapat llubang-lubang di tengah hutan entah dahulu dipakai untuk apa. Mungkin untuk pembuangan mayat-mayat korban para pelahap lahan.
Meski ia sudah berhati-hati dalam bersembunyi, para ksatria Lans rupanya memiliki penglihatan yang tajam sehingga membuat Balin merasa terpojok terhadap tindakan mereka yang seperti ingin menangkapnya.
Jauh di belakang ksatria Lans mengejar Balin dengan langkah mereka yang berat. Sementara Balin mengetahui ini dan segera melarikan diri sejauh ia bisa. Ia tak peduli lagi tubuhnya terlihat atau tidak. Para Ksatria Lans melesatkan anak panah ke arah Balin.
Jelas itu membuat tubuhnya semakin meremang ketakutan. Meski tubuhnya kekar, Balin baru kali ini merasakan suasana pertempuran. Dan kembali ia teringat rekannya yang tewas dengan tusukan di perutnya itu. Membuat perutnya semakin mulas.
Keinginannya untuk bersembunyi semakin tajam ketika ia dapat melihat tubuh-tubuh kekar para Ksatria Lans di belakangnya yang memegang senjata pedang. Balin tak punya pilihan lain selain mencari tempat persembunyian.
Gua-gua yang ditinggalkan menjadi sasaran Balin untuk bersembunyi. Namun, meski ia sudah berjalan sejauh lima kilo meter, tak ditemukan lubang-lubang itu. Ia terpaksa membatalkan niatnya untuk mencari jalan memutar untuk keluar. Dan terjebak dengan kejaran para ksatria Lans di tengah hutan berbukit Eeden ini.
Ketika sudah menemukan lubang gua yang ditinggalkan, hatinya ragu. Ia kembali ketakutan terhadap kehadiran para pelahap lahan yang sekali mengintainya.
Balin akhirnya dapat bersembunyi di balik lorong bekas penggalian di bawah pohon. Ia menunggu selama berjam-jam di sana dan memastikan tidak ada para pelahap lahan dan ksatria Lans.
Ketika ia bersembunyi, ada suara berisik dari luar. Suara komandan ksatria Lans yang menyuruh mereka untuk tetap mencari para tahanan yang melarikan diri.
Yang dimaksud tak lain adalah Balin. Matahari menyengat wajahnya dari atas lubang tersebut. Perutnya sakit karena sejak semalam ia tak memakan apapun.
Ketika Balin mencoba melihat keadaan sekitar, ia tak sadar bahwa tindakannya ini dapat memicu terjadinya ketahuan dari para ksatria Lans. Begitu mencekam begitu ia ketahuan bersembunyi di bawah gua di dekat pohon karet yang besar ini.
Tak ada pilihan lain selain melarikan diri dan menunjukan tubuhnya kepada para ksatria Lans. Ini bukan kesekian kalinya ia dikejar-kejar perasaan takut. Sebelumnya para pelahap lahan membuat pikiran Balin menjadi mawas diri.
Begitu juga para ksatria Lans, dengan senjata lengkap mereka. Balin lari sejauh kira-kira tiga kilo meter di depan. Sementara di belakangnya, mengejar dua atau tiga ksatria Lans untuk menangkapnya. Apakah ini bertanda akhir hidupnya Balin?
Balin tahu bahwa kesempatannya untuk melarikan diri kecil kemungkinannya. Ia sengaja lari tepat di depan para ksatria Lans. Tubuhnya adalah sasaran empuk bagi para ksatria Lans.