Ketika Legenda Kembali Lagi

Donny Setiawan
Chapter #1

Peta & Bab 1: Para Pelahap Lahan


***

Balin orangnya sangat tertutup. Begitu tertutup sehingga rekan-rekannya sulit menerka perilakunya. Sementara Rodit adalah orang yang paling diandalkan dalam kelompok. Ia yang mengatur, membuat, dan merencanakan segala hal.

Erin bisa dibilang sebagai tangan kanan Rodit. Ia yang membantu Rodit, bila ia kesulitan mengatur kelompok. Bersama mereka berdua memimpin. Gelin orangnya agak arogan dan ceroboh. Namun, di lain kesempatan ia juga menjadi penyaran apabila kedua pemimpin kelompok kesulitan dalam memutuskan.

Sifat Gelin yang terkesan buru-buru dan berpikiran pendek membuat ia kurang dipercayai. Jelin tidak pernah berpikir atau terlibat dalam diskusi kelompok. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan kadang menjadi penyela. Sifatnya yang arogan membuat ia paling tidak disukai. Dan sebaliknya, ia sangat membenci Balin.

Sementara itu, Belin adalah orang yang kalem dan punya pikiran jernih. Ia bisa melihat sesuatu dibalik hal yang tidak terlihat. Tapi ia juga tidak menyukai Balin. Sebab Balin adalah seorang Liplap atau seorang yang memiliki darah campuran. Sehingga menjadikan dirinya orang yang paling tidak disukai dalam kelompok.

Keterlibatannya dalam kelompok pun diasingkan. Namun, kedua pemimpin cukup dewasa dan menerima siapapun untuk terlibat dalam kelompok.

Suatu ketika, sebuah konflik pecah di antara mereka. Ada yang membela Balin untuk tetap dalam kelompok. Ada yang menyatakan Balin untuk tinggal sendirian menghadapi para pelahap lahan.

Erin dan Rodit melindungi Balin untuk tetap bergabung dalam kelompok. Jelin dan Belin terpaksa menerima Balin berada di kelompok. Namun, dalam kesempatan apapun mereka tak pernah lupa menyela Balin.

"Orang liplap berada di sekitar kita. Ini benar-benar sudah pertanda akhir zaman," ucap Jelin kepada Belin.

"Aku enggan mengajak bicara orang memiliki darah campuran. Sebab ia pasti sombong. Dan lihat saja dia. Tak pernah mau bicara sejak pertemuan pertama," balas Belin.

"Semoga Para Pelahap Lahan pertama kali menemukan si liplap," Belin dan Jelin selalu berada jauh di depan Balin. Tak rela mereka berjalan berjajar dengan Balin, barang sekedar berdiri sekali pun.

Balin merupakan pandai besi semasa ia tinggal di desa Frem. Ia pekerja ulet sampai-sampai sang raja memberinya pekerjaan tetap untuk menempa sejumlah peralatan prajuritnya. Sementara itu, Rodit seorang petualang sekaligus pencari daun teh andal yang tahu berbagai medan jalan.

Erin penyuka buku dan memiliki ilmu yang lebih banyak ketimbang rekan-rekan lain. Ia lebih banyak menggunakan otaknya daripada ototnya. Sementara Jelin seorang pemotong hewan. Pekerjaannya membuat dirinya dijadikan pemburu andal dan pembuat masakan jika diperlukan.

Belin tak banyak menceritakan dirinya kepada yang lain. Ia tak mau masa lalunya diketahui orang lain. Tapi ada satu kemungkinan bahwa ia dahulu seorang pencopet di Higbridtheria. Wajar bila ia menjadi tahanan. Kemudian Gelin si gemuk adalah seorang mantan pegulat.

Apabila rekan lainnya mulai bertindak sewenang-wenang, Rodit dengan suka rela membela Balin. Ia tak mau kelompok yang dipimpinnya pecah, meski Balin seorang diri sebagai liplap yang selalu dicap buruk oleh orang-orang Natyf.

Rodit tak malu apabila ia dianggap pembela seorang liplap, sebab pikirnya liplap atau pun tidak, setidaknya memiliki kesamaan: yaitu memiliki darah natyf, dan itu bisa dianggap sebagai saudara baginya. Erin sebagai tangan kanan Rodit mengerti hal itu. Maka ia pun turut membela Balin.

Jelin sering mencela Balin karena dianggap memiliki darah kotor. Ia tak ingin kesucian darah natyfnya ternoda apabila berdekatan dengan Balin. Meski pendiam, Belin kadang suka menjauh apabila Balin berada di dekatnya. Ia tak mengatakan ia tidak menyukai Balin, namun dari sikapnya ia bisa menunjukkannya.

Rodit kesulitan membaca jalan di tengah hutan. Karena begitu rekan-rekan lainnya menjadi gusar. Jelin selalu berkata dengan nada khawatir.

"Bagaimana kalau-kalau para pelahap lahan menemukan kita?" katanya.

"Jangan bertindak seolah penakut," balas Gelin menengahi.

Rodit dengan gerak-gerik kakunya menuntun jalan yang ia pilih. "Lewat sini," katanya. Meski ragu-ragu, rekan-rekannya turut ikut dalam ucapannya.

Bagaimana dengan nasib Balin? ia tetap menjadi domba yang patuh terhadap pengembalanya.

Tak ada yang tahu di mana jalan untuk dapat keluar dari hutan berbukit Eeden ini. Rodit sudah berkali-kali mencoba berbagai jalan, namun tak kunjung ia temukan jalan yang tepat. Mungkin jalan ini yang benar atau mungkin jalan itu yang benar. Begitu dugaan Rodit ketika mencari jalan.

"Semua medannya hampir sama, dan kupikir untuk terakhir kalinya, jalan ini lah yang benar," namun begitu mereka melewatinya, tetap berada jalan yang keliru.

"Kurasa lewat sini," begitu kata Rodit.

"Atau mungkin kita sudah dua kali lewat sini," lanjutnya.

Begitu membingungkan melewati medan di bukit Eeden tempat para pelahap lahan bersarang. Meski begitu mereka harus tetap bertahan hidup dan segera keluar dari hutan terkutuk ini.

Para pelahap lahan adalah sekolompok bandit yang menolak menerima pembentukan wilayah khusus provinsi witterstein di Wesgan.

Mereka merupakan sebagian besar berdarah natyf yang menyatakan bahwa tanah Wesgan adalah tanah nenek moyang mereka dan mereka berhak atas tanah tersebut.

Kedatangan Kaum Witters serta pembentukan wilayah Witterstein membuat mereka geram. Pemberontakan dilakukan atas dasar perlawanan mereka selama bertahun-tahun.

Itulah sebabnya mereka disebut Para Pelahap Lahan, sebab tanah-tanah yang mereka lewati akan mereka lahap apa-apa yang tumbuh dari tanahnya, dan air-airnya sampai habis.

Selain melahap lahan, Para Pelahap Lahan juga bengis dan kejam terhadap korbannya. Apabila sang korban kurang beruntung, pastilah tubuhnya dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Tak hanya itu, bagian-bagian potongan korban disebar di tempat-tempat lain.

Para Pelahap Lahan memang haus darah, mereka bahkan sudah jauh dari peradaban yang dikenal oleh kaum Witters. Karena itu mereka juga disebut sebagai sekelompok kaum barbar yang tak mengenal empati dan belas kasih.

Apabila sang korban lebih beruntung, mungkin mereka hanya kehilangan beberapa anggota tubuhnya dan berhasil dibiarkan hidup dengan penuh penderitaan. Sampai sang korban menemui ajalnya sendiri dengan perlahan. Itulah kekejian Para Pelahap Lahan kepada korbannya.

Suatu ketika Rodit menemukan bagian anggota tubuh korban para pelahap lahan. Ia gemetar dan bergidik melihat ada sebuah jari yang tergeletak di tanah.

Lihat selengkapnya