Beragam kisah dramatis dan tragedi menyedihkan dalam bingkai sejarah kehidupan anak-anak asuh Bunda Ismi, membuatnya semakin kuat, hidup berdampingan bersama mereka. Meski ujian dari pihak luar tak sedikit, merayu untuk meninggalkan mereka. Karena, Bunda Ismi yakin terhadap keadilan Allah, Tuhan Semesta Alam, yang tak bisa dipungkiri adanya. Penciptaan alam beserta isinya lengkap dengan pasangan masing-masing. Ada siang malam, laki-laki perempuan, lautan daratan, matahari bulan, kaya miskin, serta normal dan cacat. Semua ini tidak terlepas dari maksud dan tujuan Allah yang mengandung hikmah serta manfaat bagi makhlukNya.
Hampir setiap saat, kita menemui saudara-saudara yang tak mampu. Saat kita menolong dengan lembut, terpancar di wajah senyum, pertanda mereka merasa dihargai dan dihormati, meskipun miskin. Tanpa diminta dan diperintah, terucap dari mulut mereka, doa-doa terindah yang dipanjatkan bagi keselamatan dan kesuksesan kita. Kita tak pernah sadar, keberhasilan dan kesuksesan tidak luput dari perjuangan mereka, yang dengan selalu setia mengangkat tangan di setiap penghujung malam, di sujud terakhir. Mereka memohon, agar kita selalu diberikan yang terbaik. Doa mereka mustajab, didengar dan di-aamiin-kan malaikat. Menembus Arasy. Doa mereka disambut Allah. Karena itu, jangan sampai mereka menghujat, hanya gara-gara sikap kasar dan ego kita terhadap mereka! Belajarlah, menghargai semua manusia! Karena, kita tidak tahu, di antara mereka, siapa yang selalu setia mendoakan di akhir sujud.
“Bunda sangat bahagia punya anak-anak sekuat kalian. Bunda berharap, semoga kita tetap bersama-sama di surga nanti dan kalianlah yang akan menolong Bunda kelak jika ditanya tentang pertanggungjawaban umur yang diberikan Allah kepada Bunda!” kata Bunda Ismi tersenyum bahagia, menatap anak-anak asuhnya yang sedang bermain di halaman asrama.
“Aku pun berharap seperti itu, Bunda. Semoga kita akan bersama-sama kelak! Layaknya, di sore ini, kebersamaan itu ada,” sahut Zaskia.
“Aamiin, Ya Rabb. Kabulkan!” sahut anak-anak yang lain serempak.
“Nak, dalam hidup ini, Allah yang mengatur semua. Dia berbuat sesuai kehendakNya. Dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 47, Allah menceritakan bahwa Bunda Maryam, ibunda Nabi Isa AS berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal belum pernah disentuh oleh laki-laki mana pun. Lalu, menjawab lewat perantara Malaikat Jibril, demikianlah Allah, menciptakan apa yang dikehendakiNya. Apabila Allah berkehendak sesuatu, Allah hanya cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ lalu jadilah ia. Secara logika, tidak akan pernah ada wanita hamil tanpa disentuh laki-laki. Bahkan, banyak di antara wanita yang sudah disentuh berulang-ulang, masih saja tidak bisa memiliki keturunan. Namun, Bunda Maryam, tidak. Di sinilah, Allah ingin menunjukkan kekuasaanNya kepada kita bahwa manusia lemah di hadapanNya. Kita tak mampu tanpa pertolonganNya. Tak kuat tanpa peganganNya. Begitu juga dengan jalan hidup kalian yang telah Allah berikan. Allah memisahkan kalian dengan ayah dan bunda. Lalu, Allah titipkan kepada Bunda. Maksud Allah, tidak lain dan tidak bukan, Dia sendiri yang akan bertanggung jawab terhadap kalian. Allah ingin kalian hanya bersama Bunda, bukan dengan orang lain. Bahkan, ayah dan bunda kalian pun tidak diberikan kesempatan untuk bersama. Itu bukti bahwa Allah sayang. Allah cinta. Allah ingin menjelaskan, janganlah bersandar kepada selain dirinya, Nak! Jangan sia-siakan apa yang Allah berikan ini! Apa pun itu, itulah yang terindah menurut Allah. Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan. Dia memberi sesuai dengan yang kita butuhkan, bukan yang diinginkan dan diharapkan. Allah lebih dekat daripada urat nadi. Balaslah cinta Allah dengan sebaik-baiknya! Sayangilah Allah dengan setulus hati! Kasihilah Allah dengan sepenuh jiwa raga! In Syaa Allah, seluruh dunia akan tunduk di bawah kakimu atas izinNya. Karena, Allah tidak akan membiarkan tetesan airmata kalian tumpah, membasahi bumi. Andai tertumpah, akan menggoncang penduduk langit. Membuat malaikat terhenti bertasbih, memuji kebesaran Allah,” kata Bunda Ismi.
Dinda dan anak-anak panti lainnya khusyuk, mendengarkan nasihat Bunda Ismi. Tidak ada sedikit pun kalimat demi kalimat yang ingin terlewatkan.
Ustadzah Laila meletakkan minuman dan makanan bersama Ustadzah Muna di belakangnya.