Di dalam perjalanan, Dinda dipangku oleh Ustadzah Laila. Karena terlalu tingginya suhu tubuh Dinda, panasnya terasa hingga di pangkuan Ustadzah Laila.
Hujan semakin deras. Guntur dengan gagahnya mengeluarkan suara.
Jalanan terlihat sepi. Membuat Ustadz Abu yang menyetir mobil dengan laju kencang, dapat mengemudi dengan kencang tanpa kendala.
Dalam hitungan lima belas menit, mereka sudah sampai di rumah sakit.
***
Dengan sigap, perawat mengangkat Dinda. Memindahkannya ke brankas sebelum didorong masuk ke dalam ruangan untuk diperiksa.
Dengan lincah, seorang perawat cantik memeriksa keadaan Dinda sebelum mencatatnya dan pergi, meninggalkan ruangan.
Tak berselang lama, perawat itu datang lagi, membawa alat-alat infus.
Dinda diinfus. Mengingat, kondisinya yang semakin melemah.
“Sampeyan ibunya?” tanya perawat itu sambil memasang infus di tangan Dinda.
“Ya, saya ibunya,” jawab Bunda Ismi.
“Nggih. Silakan Ibu urus dulu administrasinya, biar cepat dapat ruang untuk beristirahat! Anak Ibu akan ditangani oleh Dokter Ratna Mawardah. Sebentar lagi, Beliau akan mengontrol. Jam kontrol Beliau sekitar jam dua belas lewat. Karena, tadi, para dokter masih sedang rapat di ruang atas,” jelas perawat itu, dengan lembut.
***
Tanpa pikir panjang, Bunda Ismi langsung mengurus administrasi, ditemani oleh Ustadzah Laila. Sedangkan, Ustadz Abu pulang, mengambil perlengkapan yang akan dibawa untuk bekal selama di rumah sakit.
“Kita pilih ruang VIP saja, Ustadzah Laila, ya?! Biar kita yang jaga, bisa enak beristirahatnya. Kalau kelas umum, agak sulit,” tanya Bunda Ismi.