"Dalam surat perjanjian sama nyokapnya Denan, gue harus mutusin Denan dengan cara yang nggak nyakitin. Gue nggak tau cara yang nyakitin tuh gimana, makanya gue ngelakuin itu spontan aja waktu bilang putus ke Denan," ungkap Shema.
Sejujurnya Shema juga merasa bersalah telah mempermalukan Denan di depan teman-temannya, tapi mau bagaimana lagi, Shema sudah terlanjur menandatangani kontrak kesepakatan dengan ibunya Denan.
Sesil menghela napas, lalu menepuk bahu Shema pelan. "Ya udahlah kalau emang gitu. Sorry kalau gue udah ngehakimin lo tadi."
"Santai aja kali." Shema sama sekali tidak tersungging dengan berbagai perkataan dari Sesil tadi, toh sudah biasa seperti itu cara mereka berkomunikasi. "Oh ya, ke bengkel yuk, benerin motor lo. Atau lo kalau pengen motor baru, kita ke dealer buat beli motor baru. Lo nggak usah bayar, biar gue yang bayarin. Anggap aja gue sedekah motor ke lo."
Sahabat Shema tersebut justru menggeleng seraya mengibaskan tangan. "Nggak perlu. Lo benerin motor ini aja, gue nggak pengen beli yang baru. Meskipun motor ini butut juga ini hasil kerja keras bokap gue."
Okelah, kalau Sesil memang tidak mau, Shema juga tidak akan memaksa, karena percuma juga memaksa Sesil yang keras kepala. Tapi, sebagai sahabat yang selalu ada di saat suka maupun duka, Shema berjanji akan membantu kapan pun Sesil membutuhkannya.
^_^
Shema tidak bohong saat bilang pada Sesil bahwa ia tidak mencintai Denan. Memang begitu adanya. Lalu, bagaimana bisa Shema berpacaran dengan orang yang tidak dicintainya? Simple, jawabannya karena uang. Sudah dibilang kan, kalau Shema suka uang.
Awal bertemu dengan Denan, waktu itu Shema sedang berjalan sendirian di koridor kampus, sehabis selesai mengikuti kelas. Hari sudah beranjak sore, suasana kampus pun tidak seramai waktu pagi atau siang, tapi juga tidak terlalu sepi. Shema yang kala itu berjalan sambil sibuk mengotak-atik ponselnya, tak sengaja menabrak sosok jangkung nan tampan.
"Eh sorry, nggak sengaja," kata Shema saat itu, lalu terbelalak kaget begitu mengangkat kepala, dan mendapati orang yang akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan oleh para mahasiswa.
"Tidak apa-apa," balas sosok itu seraya tersenyum, seolah sama sekali tidak marah atau terganggu karena tertabrak Shema yang tidak hati-hati tadi.
Denan Althaf Cakrawangsa. Siapa yang tidak tahu sosok ini. Sosok yang tiba-tiba menjadi idola para mahasiswa, terutama kaum perempuan. Denan adalah cucu dari Ghufron Cakrawangsa--pemilik Universitas Cakrawala, kampus tempat di mana Shema berkuliah. Dengan parasnya yang tampan, Denan dengan mudah langsung terkenal seseantero kampus, terlebih lagi Denan menjadi dosen magang di kampus.
Dari yang Shema pernah dengar, semua pewaris Cakrawangsa harus magang dulu sebagai dosen di Universitas Cakrawala, sebelum akhirnya terjun ke perusahaan Cakrawangsa Corp. Jadi di sinilah Denan sekarang, menjadi dosen magang.