Ketika Masalahmu Adalah Perempuan

hyaeonasa
Chapter #2

Bab 1: Siapa?

Seorang perempuan menatap sinis diriku, untuk kemudian dia tersenyum dengan tatapan tajam menghina. Kutinju kaca, lantas wajah perempuan itu jadi banyak tak berbentuk. Aku tertawa, perlahan merasa gila.

Kerlip lampu warna-warni yang menganggu penglihatan, dentuman suara-suara yang memacu adrenalin untuk tidak berdiam diri. Tari-tarian menggoda para anak manusia dengan pakaian terbuka, kemeja dan jas ber-merk, dandanan terbaik, parfum termahal, high heels mainstream, pantofel ngejreng dan aroma-aroma menyesakkan. Sungguh, ini adalah suasana malam yang menyenangkan, beban dunia serasa lepas di tempat ini.

Seorang perempuan dengan riasan tebal dan pakaian serba hitam yang tak perlu dideskripsikan melilit kakinya di sebuah tiang dengan jari-jari 2.5 centimeter. Perempuan itu berputar-putar dengan anggun di atas tiangnya. Mata para bajingan terbuka lebar, ada yang bersorak-sorai karena sudah mabuk, ada yang terdiam sambil menelan ludah, ada pula yang hanya menyunggingkan senyum penuh maksud.

Aku menghela nafas, beranjak meninggalkan kerumunan setelah tadi asik menari dengan 2 laki-laki asing berbau rokok dan alkohol. Tak ada egrep-egrepan, aku tak suka dipegang-pegang. Najis.

Seorang bartender membawakanku segelas kecil minuman berwarna kuning dengan jeruk nipis sebagai hiasan gelasnya.

"Kenapa kau masih ke tempat seperti ini?" tanya si bartender dengan nada akrab sambil mengeringkan gelas-gelas yang terjejer rapi di depan mejanya.

"Bukan urusanmu!" jawabku ketus, meneguk perasan lemon tanpa tambahan air darinya-- pesanan khususku selama 3 tahun ini. Selain air mineral dan lemon peras, tak ada lagi minuman yang pernah kupesan. Catatan, aku paling anti dengan alkohol.

Bartender itu menatapku lama sambil terus melanjutkan pekerjaannya. "Sudah kubilang, jangan jatuh hati padaku. Urusi saja istrimu yang sedang mengandung anak kedua kalian itu," ingatku padanya sambil melirik jengkel.

Si bartender dengan brewokan ala orang India itu tertawa. "Jangan pernah memfitnahku, baby."

Melotot aku melihatnya.

Dia kembali tersenyum tipis, meladeni pasangan pelanggannya yang baru duduk di meja.

Aku melirik sekilas kedua pelanggan itu, mereka adalah pasangan aktris dalam sebuah drama-- realitanya si istri sudah bersuami di kehidupan nyatanya. Yah, perselingkuhan, hal umum yang terjadi pada makhluk bernama 'manusia.'

Aku menyeringai kecil sambil menggoyangkan-goyangkan gelas berisi perasan lemonku. Sebelum si bartender selesai menyiapkan minuman untuk pelanggannya, langsung kuteguk habis perasaan lemon murni tanpa campuran apa-apa yang rasa asamnya tak perlu dideskripsikan dengan kata-kata-- coba saja sendiri di rumah. Aku beranjak meninggalkan klub malam ini, pulang.

Mengistirahatkan diri dari lelahnya realita dunia. Mengulang kembali perjalanan hidup, diatur oleh jam dan keadaan. Bukankah menyedihkan sekali menjadi seorang manusia?

oOo

Lihat selengkapnya