Pagi Milik Ibu
Love her as in childhood
Though feeble, old and grey
For you'll never miss a mother's love
Till she's buried beneath the clay
(Frank McCourt, Angela's Ashes)
Cahaya mentari yang hangat menerobos masuk dari sela-sela roller blind, menelusup jauh hingga ke permukaan meja yang berisi tiga porsi nasi goreng hangat yang asapnya mengepul. Ibu masih punya waktu semenit lagi melengkapinya dengan teh hangat. Begitulah cara Ibu memulai hari, setiap hari selama sudah memiliki aku, Aisya anak perempuan cantik satu-satunya, dan kakakku juga satu-satunya, Faza.
"Aisya, Faza, cepetan keburu dingin nasi gorengnya", teriakan ibu melintasi void, hingga menembus dinding kamarku di lantai atas.
"Iya Bu, bentar, tanggung nih", aku memasukkan tugas biologiku ke dalam tote bag, sebelum berlari setengah meluncur dengan suara berdebam saat menjejak ujung tangga.
Saat melintas di depan kamar Faza, aku reflek menggedornya.