Angin Jakarta sore itu terasa seperti ironi. Panasnya menusuk, namun membawa aroma rindu yang begitu dingin menusuk tulang iga. Di lantai dua rumah bergaya minimalis yang senantiasa rapi, Aisyah termenung di balik jendela kaca yang buram. Matanya yang sembab tak lagi menangkap bayangan senja di ufuk barat. senja yang dulu selalu ia tunggu bersama Farhan, suaminya yang telah mendahului.
Langit. Bukankah langit adalah buku harian Tuhan yang paling jujur? Tujuh bulan yang lalu, langit di atas Jakarta seakan ikut menangis, menumpahkan segala duka saat jasad Farhan dikebumikan. Tujuh bulan. Waktu yang sesingkat kedipan mata, namun terasa sepanjang ribuan malam tanpa benderang bintang di jiwa Aisyah.
Tangan Aisyah menyentuh sebuah bingkai foto yang duduk anggun di meja kayu jati. Foto itu mengabadikan momen saat ia dan Farhan menerima selembar kertas berharga: Surat Panggilan Haji. Wajah mereka berdua berseri-seri, melampaui benderang mentari musim kemarau. Bagi mereka, haji bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan puncak perjanjian cinta yang telah mereka rajut dalam ketaatan. Mereka berdua telah berjanji, bahwa setiap langkah thawaf akan mereka jalani berdua, setiap butir talbiyah akan mereka kumandangkan beriringan. Mereka percaya, di sana, di pusat bumi itu, Allah akan menyempurnakan kesatuan jiwa mereka.
“Aisyahku,” bisik Farhan saat itu, suai dengan kehangatan pelukan yang mendamaikan, “Jika nanti kita sudah di sana, di hadapan Ka’bah, aku akan meminta tiga hal: ampunan-Nya, rahmat-Nya, dan satu hal lagi… agar kita diizinkan bertemu lagi di Jannah.”
TapiMengingat bisikan itu, dada Aisyah kembali diguncang gempa. Jannah. Farhan telah lebih dulu mendapat tiket menuju Jannah, meninggalkannya dengan separuh perjanjian yang belum tergenapi.
Tujuh hari lagi. Ya, tujuh hari lagi adalah jadwal keberangkatan haji yang telah mereka nantikan selama lima tahun. Koper haji berwarna hijau lumut yang baru dibeli masih teronggok di sudut kamar, tampak begitu utuh dan sombong. Koper itu seharusnya diisi oleh dua pasang pakaian ihram, kini hanya akan diisi satu.