Seharian itu, Madinah Al-Munawwarah terasa bergerak dalam irama yang berbeda bagi Aisyah. Setiap langkah yang ia tapaki di atas marmer Nabawi terasa seperti langkah yang membawa beban sekaligus harapan.
Aisyah menghabiskan waktu dengan merenungi nasihat Hasan melalui telepon:
"Di sini, kita hanya diperbolehkan membawa rindu dan ketenangan."
Nasihat itu bagai air sejuk yang membasuh bara di hatinya. Betapa ia telah membiarkan duka Farhan menjajah hatinya, bahkan di tempat yang seharusnya menjadi ladang kerinduan kepada Sang Kekasih Ilahi.
Sembari menanti waktu Ashar, Aisyah berkeliling, menikmati setiap inci keagungan arsitektur Nabawi. Payung-payung raksasa yang membentang di pelataran masjid memayungi ribuan jamaah dari sengatan matahari, menjadi simbol perlindungan. Keindahan tiang-tiang marmer yang berukir kaligrafi halus, hingga lorong-lorong sunyi yang menyimpan bisikan sejarah hijrah Rasulullah, semua itu menciptakan atmosfer keimanan yang kental dan magis.
Aisyah memasuki Perpustakaan Agung Masjid Nabawi. Ruangan yang besar itu terasa begitu damai. Aroma kertas tua, cendana, dan tinta kuno bercampur menjadi satu, menciptakan wangi khas ilmu pengetahuan yang menenangkan.
Perpustakaan ini, dengan rak-rak kayu yang menjulang tinggi, adalah bukti bahwa peradaban Islam dibangun di atas cahaya Iqra.
Ia mencari bagian buku-buku Fiqih dan Sejarah Klasik, tempat yang dijanjikan Hasan. Aisyah melihat beberapa orang duduk khusyuk, ada yang menyalin, ada yang membaca dengan tatapan penuh tafakur.
Tiba-tiba, mata Aisyah menangkap sosok yang ia cari.
Seorang laki-laki duduk di meja sudut yang diterangi cahaya lembut dari jendela atas. Ia mengenakan gamis putih sederhana dan syal kotak-kotak khas Arab yang dililitkan di kepala. Tangannya tidak memegang ponsel, melainkan membalik lembaran kitab tua yang tebal dengan sangat hati-hati.
Wajahnya. Wajah itu terlihat teduh, namun memancarkan ketegasan yang tak mudah dijangkau. Matanya menyiratkan kedalaman pikiran yang jarang dimiliki orang sebaya. Sosok itu adalah Hasan Al-Arif. Cermin keikhlasan yang Farhan sebutkan.
Aisyah mendekat, berhenti di samping meja.