Ketika Rindu Bersujud Di Haramain

Bumi Bercerita
Chapter #5

5. Di Taman Surga & Air Mata Keiklashan

Malam itu, Madinah diselimuti ketenangan yang magis. Setelah salat Isya, ribuan jiwa berjejal, merayap perlahan menuju Raudhah Syarifah, area di dalam Masjid Nabawi yang disabdakan Rasulullah sebagai salah satu taman surga. Lantainya beralaskan karpet hijau cerah, kontras dengan karpet merah di area masjid lainnya. Di sinilah, di antara mimbar dan makam mulia, Aisyah harus menanti Hasan Al-Arif.

Suasana Raudhah selalu sarat energi spiritual. Dorongan jamaah untuk meraih tempat sujud terbaik terasa kuat, namun Aisyah mencoba tetap tenang, menjaga hati dari kepanikan dunia. Ia menemukan celah di antara tiang-tiang, duduk bersila, membiarkan rindu kepada Rasulullah SAW mengalir deras, meredakan debar di dadanya.

Tepat saat udara terasa lebih lengang, di tengah lantunan zikir yang berbisik, Hasan datang. Ia kembali mengenakan gamis putih bersih, wajahnya terlihat semakin teduh, seolah baru saja mandi cahaya. Ia duduk di hadapan Aisyah, hanya terpisah oleh jarak sujud.

"Assalamu’alaikum, Ukh Aisyah. Sungguh sebuah anugerah, kita bisa bertemu di tempat yang dijanjikan sebagai taman surga ini," sapa Hasan, suaranya pelan dan menenangkan.

"Wa’alaikumussalam, Saudara Hasan. Jazakallah khairan karena Anda menepati janji. Saya tahu, tempat ini seharusnya hanya untuk urusan kita dengan Allah," jawab Aisyah, matanya menunduk, menghormati kesucian tempat itu.

Hasan tidak langsung membahas amanah. Ia menatap ke arah Maqsurah (Makam Rasulullah SAW) sejenak, kemudian berkata, "Dulu, Farhan pernah bilang padaku, jika ia bingung, ia akan datang ke sini. Ia akan mengadu pada Rasulullah, dan meminta syafa’at (pertolongan) dari Tuhannya. Sekarang, Farhan telah bertemu langsung dengan apa yang ia rindukan di sini."

Hasan membuka amplop Farhan. Ia mengeluarkan surat wasiat dan kunci tembaga itu.

"Aku telah membaca surat Farhan," kata Hasan, matanya menatap Aisyah dengan tatapan yang penuh makna. "Ia tidak menitipkan wasiat, Ukh. Farhan menitipkan sebuah ujian terakhir untukmu. Dan ia juga menitipkan sebuah pertobatan untukku."

Aisyah terkejut. "Ujian?"

"Ya. Farhan tahu, jika ia hanya menyuruhmu melepaskan dirinya, hatimu akan berontak. Maka, ia membuat janji yang melibatkan pihak ketiga, melibatkan orang yang sulit dijangkau sepertiku, dan sebuah kunci misterius. Tujuannya satu: agar kamu belajar melepaskan janji itu sendiri."

Lihat selengkapnya