Ketika Rindu Bersujud Di Haramain

Bumi Bercerita
Chapter #9

9. Kebenaran Yang Terukir Di Cangkir Kopi

Di tengah Mekkah yang benderang, hati Aisyah terasa seperti gua yang gelap dan sunyi. Ia tahu thawaf wajib sebentar lagi menantinya, namun kakinya terasa berat, terikat oleh rantai kenangan yang belum juga terputus.

Kesendirian di Tengah Ratusan Bahasa

Aisyah duduk termangu di lobi hotel. Di sekelilingnya, ratusan jamaah berbicara dalam berbagai bahasa, penuh tawa dan semangat. Kontras itu menyakitkan. Ia merasa menjadi penyendiri yang paling malang, sebuah koper tak bertuan di tengah lautan manusia yang berpasangan.

Ya Allah, aku datang membawa rindu, tapi rindu ini justru menjadi hijab yang menghalangiku melihat kebesaran-Mu, bisiknya dalam hati. Ia menyalahkan dirinya karena tidak mampu sekuat Farhan.

Saat ia sedang tenggelam dalam tafakur penuh duka, sebuah sapaan hangat yang bernada familiar menyentaknya.

"Assalamualaikum, Ukh. Bolehkah aku duduk di sini? Sepertinya aku familiar dengan wajah Ukh, dan logat Ukh mengingatkanku pada Jakarta."

Sosok itu adalah Nonik Ambamia Rofiqoh. Matanya memancarkan semangat hidup yang luar biasa, seolah ia adalah pemenang dari seribu pertarungan.

Perkenalan mereka berlangsung singkat, namun segera mengalir menuju topik yang sama sekali tak terduga: perjuangan hidup. Nonik dengan antusias menceritakan bagaimana ia beralih dari jurang kebangkrutan menjadi eksportir kecil berkat bisnis komoditas.

"Dulu, Ukh, aku itu sudah hampir menyerah. Utangku banyak, dan aku merasa hidup ini tidak adil. Tapi aku beruntung, aku punya seorang mentor di Yaman yang mengajarkan aku filosofi rezeki. Dia bilang, 'Jika pintu rezeki tertutup di depanmu, jangan berbalik. Lihat ke atas, karena ada pintu langit yang selalu terbuka.'"

Nonik menghela napas haru. "Semua modal dan keberanianku hari ini berkat dia. Dia yang memperkenalkan aku pada Kopi Toraja yang istimewa. Dia yang mengajarkan aku zero-based-budgeting, ia yang memastikan aku tidak pernah lagi terjebak riba. Aku bersumpah, Haji ini adalah hadiah terindah dari Allah yang dititipkan lewat kebaikan orang itu."

Pukulan Kenangan yang Menyayat

Lihat selengkapnya