Papanya Lila keluar menuntun sepeda dari ruang tamu, melewati ketiga anak kecil yang masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Rumah itu tidak memiliki garasi sehingga sepeda motor dan sepeda diparkirkan di ruang tamu. “Mau ke mana, Pa?”
“Papa mau ngopi dulu di warung. Jangan ke mana-mana ya. Jaga rumah.” Di rumah itu Lila hanya tinggal bersama papanya, sementara mamanya sudah menikah dengan lelaki lain. Orang tua Lila telah bercerai sejak dua tahun lalu, bertepatan dengan Lila naik ke kelas dua.
“Siap, Om.” Kelabu menjawab seiring dengan menjauhnya Pak Bondan dari pandangan mereka.
“Lila, bukan kamu.” Biru menegur sahabatnya.
“Iya, iya. Kan aku cuma bantu Lila buat jawab.”
“Bisa nggak kalian nggak berantem? Udah pada ngerjain PR belum?”
“Ha PR apaan, La? Bukannya kita nggak ada PR ya?” Biru tampak bingung.
“Tahu tuh Lila. Terlalu rajin kamu tuh. Maklum sih anak ranking satu. Nggak bosen apa dari kelas satu ranking satu terus? Kalau di taman kanak-kanak ada ranking pasti kamu juga ranking satu kali ya.”
“Hahaha.... berati kalian beneran sekolah kalau gitu.”
“Dari dulu juga sekolah, La. Emangnya kita numpang tidur doang di sekolahan?”
“Emang iya kan?” Biru memojokkan Kelabu.
“Hehehe, sekali doang ya aku tidur di kelas.” Kelabu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Sekalinya setiap Senin sampai Sabtu ya, El?” Lila turut menyambung.