Ketika Rumah Bukan Tempat Tinggal

Putri Zulikha
Chapter #22

Berkelahi

Burung-burung gereja menghiasi halaman sekolah. Terbang ke sana ke mari, hinggap lalu terbang lagi. Anak-anak sudah tidak ada yang berkeliaran. Mereka semua sudah masuk ke ruang kelas masing-masing, kecuali anak-anak yang sudah dipilih untuk mengikuti lomba senam mewakili sekolahan. Anak-anak itu berkumpul di depan sekolah. Menaiki mobil kepala sekolah yang disupiri oleh pak guru olahraga. Mereka berangkat dengan harapan bisa membawa piala dan mengharumkan nama sekolah.

“Berdoa dulu ya anak-anak. Bismillahirohmanirohim, Ya A llah semoga nanti tim kami bisa kompak dan balik ke sekolah bawa piala yang paling tinggi.” Seru Pak Guru.

“Aamiin....”

“Alfatihah.”

Anak-anak kelas lima yang lain memperhatikan penjelasan bu guru mengenai PR matematika kemarin. Kali ini, Kelabu mendengarkannya dengan saksama karena dia ingin tahu jawaban nomor tujuh yang tidak bisa diselesaikannya.

“Oalah, gitu ternyata. Kayaknya aku semalam juga ngerjainnya kayak gitu.” Kelabu menyocokkan pekerjaannya dengan pekerjaan bu guru di papan tulis. “Hemm, Ela, Ela. Pantas aja aku nggak ketemu. Angkanya aja kebalik masukinnya.” Anak perempuan itu menggerutu, lalu meraih penghapus dan membenarkan jawabannya.

“Tumben kamu kok nggak tidur, El?” Tanya teman bangku sebelah yang keheranan dengan semangat temannya pada hari ini.

“Nggak kan aku suka matematika.”

“Biasanya tetap ngantuk juga.”

“Itukan kalau waktu bu guru nerangin dan aku sudah bisa. Soalnya, bu guru kelamaan sih jelasinnya. Padahal kan caranya gampang, nggak usah panjang-panjang. Hasilnya juga sama aja.”

“Iya deh, El. Suka-suka kamu saja.” Temannya itu kembali melanjutkan menyalin jawaban dari papan tulis karena pekerjaannya banyak yang salah.

“Iyalah, masak suka-suka kamu.”

“Ayo siapa yang mau maju nomor selanjutnya?”

Kelabu menoleh ke kanan, ke kiri, dan belakang untuk memastikan ada atau tidaknya yang maju. Karena tidak ada yang mengangkat tangan ataupun tanda-tanda ada yang beranjak dari duduknya. Kelabu pun berdiri, hendak maju. Namun, Biru juga tiba-tiba terlihat berjalan ke depan. Kelabu pun mengurungkan niatnya. Anak perempuan berkepang satu itu pun kembali duduk.

“Biru mau maju nomor delapan?” Bu guru bertanya karena Biru tidak membawa bukunya.

“Enggak, Bu. Saya mau izin ke kamar mandi.”

“Hahahaha....” Satu kelas pun tertawa dibuatnya. Tingkah laku konyol Biru membuat bu guru menggeleng-gelengkan kepala.

“Ayo Kelabu! Tadi kayaknya sudah berdiri. Mau maju kan ya? Nggak mau ke kamar mandi juga?”

Kelas kembali riuh dipenuhi tawa karena pertanyaan bu guru yang menyindir Biru.

“Iya, Bu. Mau maju.”

Lihat selengkapnya