Di rumah Kelabu.
Kelabu sudah selesai berganti celana panjang, sementara Bu Maryati menyeduhkan kopi untuk sang suami jaga-jaga jikalau Pak Basuki bangun ketika dirinya belum pulang dari rumah ibunya. Makanan sudah disiapkan di meja makan. Nasi telah mendarat di piring beserta piring lauk di depannya dan disusul oleh secangkir kopi hitam yang mengepul. Semuanya telah siap. Bu Maryati menutupnya dengan tujung saji. Lalu, wanita setengah baya itu menuju ke kamar suaminya untuk memberitahukan makanan dan kopi yang telah disiapkan serta meminta izin untuk pergi. Karena kamar mereka berbeda, Bu Maryati pun menuju ke kamarnya untuk berganti baju.
Mereka sudah tidak lagi sekamar sejak Kelabu masuk taman kanak-kanak. Awalnya, Bu Maryati memang tidur bareng Kelabu, tapi Kelabunya minta tidur sendiri waktu kelas dua sd.
“Bunda, Ela ke rumah Lila bentar ya.” Lila meneriaki bundanya dari ruang tengah.
“Orang mau pergi kok malah main.”
“Bentar doang, Bun. Bentarrr doang. Lagian kakak juga belum pulang.”
“Cepet pulang lho.”
“Siap, Bun.” Kelabu pun bergegas ke rumah Lila. Dikenakannya sandal jepitnya dan berlari kecil ke rumah sahabatnya itu.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Lila yang heran melihat penampilan Ela tidak seperti biasanya pas mau main pun bertanya. “Mau pergi ke mana, El?”
“Mau ke rumah nenek sebentar. Eh Biru udah ke sini?”
“Belum ada sih. Kenapa emang?”
“Ya nggak kenapa-napa. Nanti kalau dia nyariin aku, kasih tahu ya.”
“Oke siap. Tapi nanti sore kamu bisa main kan?”
“Aku nanti sore les sama Tio sama Jingga.”
“Ha?? Les di mana?”
“Di rumah Jingga. Orang tuanya Jingga yang manggil guru ke rumahnya. Terus bunda sama ibunya Tio diajak buat ngelesin kami.”
“Yah, kita seharian ini nggak bisa main dong?”
“Tumben, La? Bukannya kamu biasanya juga belajar terus ya kalau nggak aku gangguin buat ngajak kamu main?”
“Hehehe....” Lila nyengir.
“Kan kamu bisa main sama Biru juga.”
“Kalau nggak ada kamu pasti nggak seru. Biru juga palingan nggak mau.”
“Em, yaudah aku pergi dulu ya. Nanti kalau nggak pulang-pulang dimarahin sama bunda lagi.”
Lila pun melepas kepergian Kelabu dari pintu. Dia pun kembali ke dalam.
***
Sesampainya di halaman rumah, terlihat motor kakaknya sudah terpakir di garasi. Dia pun segera masuk agar tidak terkena amarah bundanya. Kakaknya tidak terlihat di meja makan. Mungkin dia sedang ganti baju, pikir Kelabu. Anak perempuan itu pun memutuskan untuk menonton televisi selama menunggu kakak dan bundanya siap. Bu Maryati keluar dari kamarnya, sudah siap.
“Bran, kamu nggak makan dulu?”
“Nggak, Bun, masih kenyang. Nanti di rumah nenek juga pasti banyak makanan.”
Bu Maryati naik ke atas untuk mengamankan jemurannya jika sewaktu dia pergi turun hujan agar jemurannya tidak basah.
Gibran sudah berganti baju. Kunci motor di tangannya. Bu Maryati pun sudah turun dari tempat menjemur baju.
“Ayo, El, dimatiin televisinya.”
“Bentar, Bun, nunggu iklan, bentar aja.”