Ketika salah memilih pasangan!

Nita Heleni
Chapter #2

Bab 2

Sepulang dari tempat bekerja, Zia langsung kerumah bapak dan mamanya. Sebelum masuk Zia menghela napas terlebih dulu, ia tentu tau bagaimana sifat kedua orangtuanya, terlebih bapaknya sangat keras, kalau sudah menetapkan aturan, maka siapapun yang melanggar harus menanggung resikonya.




"Bismillahirrahmanirrahim..." ucapnya sebelum masuk.




"Assalamu'alaikum..." Zia memasuki pagar, seperti biasa bapaknya kalau di jam sore seperti ini sedang menyiram tanaman, sedangkan mama hanya menemani bapak mengobrol.




"Wa'alaikumsalam, Zia! Baru pulang kerja?" mama tersenyum senang melihat kedatangan putri bungsungnya itu.




Hermansyah yang memang masih marah kepada kejadian di rumah Abrar, masih belum mau bicara sama Zia. Jadi hanya Lastri yang menggaet tangan Zia untuk masuk ke dalam.




"Sudah makan?" tanya Lastri dengan lembut setelah Zia duduk di meja makan. Dengan sigap Lastri mengambilkan sepiring nasi beserta lauknya.




"Maaf ma, baru sempat mampir." kata Zia beralasan, padahal selama ini ia merasa kurang nyaman karena Hermansyah memang kurang menyukai suaminya, Abrar.




Zia ingat betul kata-kata Hermansyah, "bapak ini merestui kamu bukan karena suka sama calon suamimu itu, hanya saja kalau tidak direstui dan dinikahkan, memangnya kamu bakal nurut? Daripada zina kesana kemari pacaran, lebih baik bapak nikahkan kalian. Tapi!! Kalau ada apa-apa sama hidupmu, itu semua karena kesalahanmu, bapak sama mamamu sudah memberikan nasehat untuk memilih yang terbaik, lihat dan selidiki lagi. Kalau kamu tetap ngotot mau nikah sama dia, silahkan... Hanya saja kamu harus tau kalau bapak marah! Dan kamu akan menanggung sendiri resiko dari pilihanmu itu." kata bapak sehari sebelum Zia dan Abrar melangsungkan akad nikah.




Jika mengingat itu, Zia hanya bisa menangis. Terkadang apa yang kita nilai baik, belum tentu baik. Zia kadang termakan hasutan medsos, yang mengatakan orangtua terlalu otoriter, terlalu mengatur anak dengan istilah-istilah strict parent, kini Zia sadari, semua itu karena bapak dan mamanya tidak ingin ia bertemu dengan lelaki brengsek seperti Abrar yang baru ketahuan belangnya setelah menikah.




Lihat selengkapnya