Senja terlihat ramah pada acara tahunan Konferensi Hotel di seluruh Indonesia. Seluruh perwakilan dari hotel di seluruh Indonesia hadir di acara tersebut, jadi sudah pasti acaranya sangat meriah, serta sangat cocok untuk membangun relasi. Cukup melelahkan untuk Senja melakukan semua ini. Sejak diangkat menjadi manajer di Lombok Lodge beberapa bulan yang lalu, pekerjaannya semakin banyak dengan beban yang semakin meningkat.
Kini, secara resmi Senja sudah menetap di Lombok, sesekali ia ke Bali untuk menjenguk kedua orangtuanya. Kini orangtuanya tak lagi meributkan masalah dirinya yang masih setia melajang. Senja tahu, masih ada rasa bersalah yang tersimpan dihati mereka atas perceraian Senja sebelumnya.
Tapi, yah, orang-orang datang dan pergi, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Memang sudah kodratnya seperti itu. Senja sudah ikhlas, walaupun masih terbersit rasa rindu pada sosok mantan suaminya itu.
Senja memutuskan untuk menepi sejenak dari keramaian malam ini, ia sudah terbiasa menghadapi tamu hotel, apalagi tamu yang sangat rewel. Tapi berbeda ketika ia harus menghadapi sosialisasi seperti ini, tenaganya mudah terkuras. Senja memegang minumannya sembari mengamati seluruh tamu dari sudut ballroom yang luas ini. Masih ada sedikit harapan jika malam ini ia bisa bertemu pria itu.
“Capek, ya?”
Lamunan Senja teralihkan oleh pria yang tiba-tiba muncul disampingnya. Ah, sepertinya pria ini yang tadi sempat berbincang dengannya, pikir Senja. “Yah, cukup menguras tenaga sih, ya,” ucap Senja ramah.
Tak ada jawaban dari pria yang tiba-tiba muncul itu, Senja pun tak berniat untuk membuka obrolan lagi, ia hanya perlu mengumpulkan tenaganya lagi lalu pulang. Acara inti sudah selesai sejak setengah jam yang lalu, dan Senja juga sudah sangat lelah. Matahari terbenam saja sudah berlalu satu jam yang lalu.
Ketika matanya sedang mengamati sekeliling ruangan, ia terpaku pada seseorang yang sedang mengobrol, dengan seorang wanita yang menggandeng tangannya mesra. Ia tak ingin mempercayai pandangannya saat ini, tapi rasanya ia tak salah orang. Pria itu, Fajar, pria yang sebenarnya cukup ia rindukan, tapi perasaan itu mendadak menguap hanya dengan melihat tangan wanita yang menggandeng mesra lengan Fajar.
“Ternyata kamu sama kayak wanita-wanita lain disini, ya,” ujar pria asing disebelah Senja.
“Apa maksudnya?” tanya Senja tak mengerti.
Pria itu hanya mengedikkan dagunya kearah Fajar. “Tatapan kagum kamu sama pak Fajar, semua wanita disini kayak gitu setiap papasan sama dia.”
Sepertinya Senja terlalu jelas menunjukkan perasaannya dihadapan pria asing. “Kamu kenal dia?”
“Siapa yang gak kenal pak Fajar? Gosipnya tahun ini dia bakal kepilih jadi ketua Asosiasi Perhotelan seluruh Indonesia.”