Ketika Senja Menyapa

Jamilah Prita
Chapter #2

Chapter #2

Siapa yang tak mengetahui tentang pasangan Fajar dan Senja, pernikahan keduanya dulu cukup fenomenal, keduanya dianggap sebagai pasangan yang sangat cocok. Banyak dari mereka yang mendoakan kebahagiaan pasangan tersebut, ketika perceraian mereka diketahui banyak orang, hal itu sangat disayangkan dan tentu saja menjadi gosip. ‘Banyak orang’ disini adalah mereka yang bekerja dibidang pariwisata juga perhotelan.

Dua tahun berlalu sejak perceraian mereka, keduanya tetap berada dibidang yang sama. Seiring berjalannya waktu, gosip tentang keduanya juga mereda, walaupun memang masih ada beberapa orang yang membicarakannya. Baik Fajar maupun Senja, keduanya tak terlalu ambil pusing, begitulah yang terlihat dari mantan pasangan itu.

“Gimana kabar kamu?” tanya Fajar.

“Seperti yang kamu lihat sekarang, cukup baik dan cukup sibuk,” jawab Senja dengan senyum tipis di bibirnya.

Keduanya memutuskan untuk sarapan bersama di restoran resort, dengan disaksikan cukup banyak pasang mata yang kebetulan sedang bertugas di jam sarapan. Tak ada yang ingin melewatkan reuni mantan pasangan itu, tentu saja.

“Well, kamu sadar, kan, kalau hampir semua karyawan disini sangat tertarik dengan kita? Aku bahkan ngerasa kayak artis sekarang,” bisik Senja.

Fajar tertawa kecil, dan mulai menatap kesekitarnya. Memang bukan hanya mereka yang sedang sarapan, ada lima meja lainnya yang juga terisi dengan tamu, tapi ia juga sadar jika yang menjadi pusat pemandangan adalah meja mereka.

Ia hanya mengedikkan bahunya. “Aku udah terbiasa sama hal itu, sih.”

Senja menganggukkan kepalanya, ia sangat memahami atensi yang didapatkan pria ini sejak dulu. Fajar terkenal karena ketampanan dan kemampuan yang ia miliki diusia yang tergolong muda. Sedangkan Senja, juga terkenal dengan kemampuannya dan dedikasi yang ia berikan pada hotel, ia tak secantik itu, dan ia tak memiliki banyak penggemar pria. Kebanyakan penggemarnya adalah wanita yang kagum dengan pencapaiannya, itupun jika mereka tulus.

“Pacar kamu gak diajak sarapan?” tanya Senja.

Meghan. Cinta lama Fajar, atau cinta satu-satunya yang Fajar miliki, karena sejak pernikahan mereka, hanya wanita itu yang ada dihati Fajar. Jika saja orangtua Fajar merestui keduanya, mungkin, Senja tak akan mengenal Fajar, juga tak akan menjadi janda diusia dua puluh enam tahun. Dan juga, ia tak akan memendam perasaannya selama dua tahun ini.

“Kami gak pacaran, kami hanya teman, sejak tiga tahun lalu juga begitu.”

Keduanya saling menatap. Kalau memang semua itu benar, Senja tak akan menggugat cerai Fajar. Pria ini sangat pandai mengatur ekspresi wajahnya hingga sangat sulit untuk menebak jika pria ini berbohong atau tidak. Senja hanya tersenyum simpul mendengar jawaban itu.

“Kalian harus mulai pacaran kalau gitu, aku yakin orangtuamu juga sudah bisa merestui,” ujar Senja.

Fajar meneliti ekspresi mantan istrinya itu dengan seksama. Ia menerima gugatan cerai wanita ini karena tak ingin ‘menyiksa’ perasaan Senja lebih lama. Wanita ini benar-benar cukup membuatnya kewalahan dengan kehadirannya, tapi dalam artian yang baik. Pertemuan mereka setelah perceraian, kebanyakan hanya sebuah kebetulan ketika keduanya sedang bekerja, tapi Fajar menyukai itu. Ia menyukai kebetulan pertemuan mereka, walau kadang itu hanya sebentar.

“Aku sudah menyukai wanita lain.”

Lihat selengkapnya