Ketika Tidak Berjalan Dengan Semestinya

tirmlk
Chapter #5

Dilemma ibu

Ketika malam itu, Lucy terbangun tengah malam dan turun kebawah untuk mengambil segelas air. Ia melihat ibu yang masih duduk diam menyendiri di kegelapan di ruang tengah, namun dengan posisi yang berbeda dan seperti memegang sesuatu. Ia memberanikan diri untuk menghampiri ibu dan duduk disampingnya, lalu ibu kaget dan terlihat dari matanya mengalir air mata yang sepertinya ibu sudah menangis terlalu lama dan ibu menyembunyikan foto pernikahannya dengan ayah yang ia pegang dan menyimpannya di bawah sofa. Mata ibu sembab, bengkak seperti menangis selama berjam-jam.

Lucy terkaget dan bingung, melihat sang ibu yang menangis ia pun ikut menangis dan bertanya dengan nada histeris “Ibu kenapa? Kok nangis? Ibu jangan nangis ibu gak boleh sedih” ucap Lucy dengan tangis yang membanjiri matanya. Ibu lalu memeluk putrinya dengan sedih dan mereka saling meluapkan tangis yang sebenarnya tak Lucy ketahui apa alasannya. Ibu membujuk Lucy untuk berhenti menangis dan mengajaknya kembali ke kamar.

Lucy tak dapat tidur pada malam itu, ia terus memikirkan alasan dibalik tangis ibu ditengah malam, ia lalu kembali keluar dari kamar dan turun ke ruang tengah dan ibu sudah tak ada disana. “Mungkin ibu sudah kembali kemar dan beristirahat” gumamnya dalam diri. Tapi ada rasa penasaran muncul ketika ia mengingat sesuatu yang dipegang ibu ketika menangis diruang tengah. Lucy lalu berjalan dan berhenti tepat di depan sofa tempat ibu duduk dan menangis tadi, ia membungkukkan tubuhnya dan mengintip di bawah sofa. Berharap ada sesuatu yang dapat menjawab rasa penasarannya, namun ternyata hasilnya nihil.

Lucy lalu kembali berjalan ke kamar dan mencoba untuk kembali tidur. Ketika hendak kembali ke kamar, pandangannya terpaku pada meja pajangan di sisi ruang tengah dimana terdapat barisan foto-foto keluarganya yang ditaruh pada frame.

“Seperti ada satu frame yang hilang” gumamnya.

Ia lalu mengingat ingat dan meraba frame perlahan satu demi satu sambil mengingat foto-foto yang biasa dipajang disana. “Lho kok gak ada foto pernikahan ibu dan ayah ya” ucapnya dengan sadar ketika tak melihat frame foto pernikahan kedua orang tuanya.

“Mungkin ibu kangen ayah, makanya fotonya dibawa ke dalam kamar” ucapnya dengan pemikiran positif. Dan lalu, kembali berjalan ke arah kamar untuk beristirahat.

Pagi hari ketika hari telah berganti, ibu tak nampak lagi sedih seperti semalam, seperti sudah meluapkan segala emosinya yang telah terpendam begitu lama dan kembali meletakkan senyum di wajahnya. Menyambut hari baru, membangunkan Lucy dari tidur indahnya dan menyiapkan sarapan untuk mereka. Lucy juga tak nampak memikirkan kejadian semalam begitu larut ketika tak lagi melihat ibu yang duduk sendirian di ruang tengah. Dia menyambut hari baru itu dengan senyum dan menjalani harinya seperti biasanya, dan pada pagi itu ibu mengantarnya ke sekolah seperti Lucy akan memasuki hari pertamanya di sekolah. Mereka berjalan kaki, dan meluangkan waktu 30 menit lebih awal untuk menikmati udara pagi pada hari itu berjalan ke sekolah Lucy. Lucy juga tak ingin mengungkit kejadian kemarin dan merasa lebih tenang dengan senyum ibu yang sudah kembali dan tak seperti kemarin. Setibanya di sekolah, ibu lalu meninggalkannya dan memberikan kecupan di dahi, mengingatkan Lucy untuk berdoa sebelum memulai aktivitas seperti biasa ia lakukan terhadap dirinya.

“Jangan lupa berdoa ya” ucap ibu yang kemudian meninggalkan Lucy memasuki sekolah dan juga sudah disambut oleh Amira yang kemudian bertanya “Itu ibu kamu? Cantik ya, pantes anaknya juga cantik hehehehe” ucapnya kepada Lucy dengan senyum yang terpesona dengan kecantikan ibunya Lucy karena memiliki wajah yang awet muda diusia yang tak lagi muda.

Dan pagi itu, Adam sudah terlihat menunggu kedatangan Lucy didepan kelas, menyambutnya dengan senyum dan kalimat “Selamat pagi Luciana” dengan nada romantis dan tatapannya yang sungguh membuatnya meleleh, kembali ia rasa seperti ada hal aneh yang menggelitik di dirinya. Lucy tersenyum kearah Adam dan bertanya “Kemarin kamu kemana?”

Adam menjawab “Aku kemarin, cabut hahahaha” jawabannya dengan tawa dan lalu perbincangan mereka diakhiri dengan bel masuk kelas lalu Adam pamit dan berkata “Eh udah dulu ya, belajar yang bener! Hehe”

Lucy menjawab dengan nada serius “Kamu tuh jangan cabut-cabutan ya!”

Adam menjawab dengan tawa “Iya…iya…” dan berlalu meninggalkan kelas 10-1 dan Lucy pun memasuki kelas.

Berpisah beberapa saat untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai pelajar beberapa jam telah mereka lewati. Ketika bel berbunyi pukul 10:00 mereka pun kembali bertemu di kantin bersama Amira dan beberapa teman-teman Adam yang bersama satu klub di ekskul basket. Mereka menikmati beberapa jajanan yang tersedia disana, Adam sesekali terlihat menyuapi Lucy dengan manja dan tawa bersama.

Lalu salah seorang teman mereka, Idham mengajak berkumpul bersama sepulang sekolah “Eh balik sekolah main ke Plaza Senayan yuk? Pada gak ada acara kan” beberapa diantara mereka pun menjawab dengan riuh dan penuh semangat “Ayuk Ayuk mau traktir ya lo?” saut seorang teman dari Adam bernama Bara dan Idham menjawab “Enak aja bsbs (Bayar sendiri) dong hahaha”

“Kamu kemana pulang nanti?” tanya Adam kepada Lucy ketika anak-anak yang lain masih tertawa.

Lucy menjawab “Gak ada rencana sih, tapi aku udah janji selama sekolah langsung pulang kerumah” kalimatnya didengar beberapa anak yang pada saat itu berada di meja yang sama.

Amira bertanya “Serius , Cy?” lucy lalu menjelaskan kenapa alasannya yang harus patuh dengan peraturan yang sudah diberikan oleh ayah demi mengizinkannya untuk melanjutkan ke sekolah formal, dan Lucy harus mentaati peraturan tersebut untuk menjaga perjuangan ibunya yang sudah membelanya untuk mendapatkan izin. Mereka semua terdiam, dan dalam hati sangat salut kepada Lucy yang pada saat ini masih ada anak yang begitu patuh dengan kedua orang tuanya.

Adam lalu menjawab dari cerita Lucy “Aku yang minta izin sama ibu kamu” beberapa anak terkaget dan begitupun dengan Lucy yang menolak “Jangan jangan, gak enak aku sama kamu” Adam tertawa dan meyakinkan Lucy semua akan baik-baik saja “Kenapa? Kalau ibu kamu gak izinin ya jangan dipaksain yakan? Mir lo masih ikut kan kalo Lucy gak ikut?” tanya Adam melempar pertanyaan kepada Amira.

Amira menjawab “Gak ah kalo gak ada Lucy, makanya Cy gapapa biarin Adam aja yang minta izin sama nyokap lo” Pernyatan Amira mendapat dukungan dari beberapa anak lainnya dan kemudian di iya kan oleh Lucy “tapi kalo ternyata gak diizinin jangan dipaksa?” anak-anak lain tertawa dan bercanda Adam yang harus menanggung tanggung jawab dan meminta izin kepada ibu Lucy “Iya iya gue usahain ya..” Adam merespon dan Lucy tersenyum dengan perjuangan Adam untuknya. Setelah sekolah berakhir, anak-anak kembali kerumah masing-masing untuk siap-siap ngumpul ke Plaza Senayan, namun Adam mengantar Lucy kerumah untuk bertemu dengan ibunya agar mendapatkan izin untuk Lucy.

Lihat selengkapnya