Ketika Tidak Berjalan Dengan Semestinya

tirmlk
Chapter #6

Bad day ever!

Setelah Lucy membantu merapikan meja makan, tak lama kemudian telefon berdering dan ibu menjawab panggilan telefon yang terpajang diruang tengah. Setelah mengangkat telepon itu, ibu berteriak memanggil Lucy yang sedang berada di ruang makan “Lucy ada telefon untuk kamu!” ia pun meninggalkan ruang makan dan berlari pelan ke arah ruang tengah menghampiri ibu, “Ada telfon dari Amira” jawab ibu kepadanya dengan memberikan telefon ke tangannya.

Lucy : “Halo Amira?”

Amira : “Eh sibuk banget lo malem-malem ya?”

Lucy : “Ehm enggak juga kok, tadi memang lagi bantu ibu merapikan meja makan”

Amira : “Hemm anak baik ya”

Lucy : “Ada apa Mir telfon malem-malem?”

Amira : “Eh iya, ini si Adam kan minta nomor hp lo. Gue bilang lo gak punya handphone, jadi dia minta nomor telepon rumah lo, boleh gue kasih gak?”

Lucy : “Kasih aja Mir gak apa-apa kok. Kamu sudah sampai rumah?”

Amira : “Udah udah, tadi lo sama Adam balik gak lama kemudian gue juga balik kok nebeng sama Bara”

Lucy : “Oh syukurlah”

Amira : “Cieee yang dari kemarin dianterin pulang mulu hahahaha”

Lucy : “Ih apaan sih diam deh hahaha”

Amira : “Sudah sejauh mana prosesnya, Cy?”

Lucy : “Hah proses apa tuh?”

Amira : “Alah suka pura-pura deh hati-hati nanti kebablasan hahaha”

Lucy : “Ehm aku sih masih seneng untuk proses sekarang sebagai teman ya”

Amira : “Ahahaha temen? Lo yakin?”

Lucy : “Iya, emang kenapa?”

Amira : “Eh gue kasih tau ya sama lo. Adam itu gak sembarang cewek dia deketin, kalau dia deketin lo berarti lo masuk kriteria dia tau”

Lucy : “Hah kriteria apaan? Lowongan pekerjaan kali pakai kriteria”

Amira : “Lah dibilangin batu banget, beneraaan. Jadi saran gue nih, lo ikuti saja alur permainannya dia. Kalau lo belum ada perasaan, nanti juga muncul perasaan kok gue jamin hahaha”

Lucy : “Ih Amira kamu suka sok tau deh hahaha”

Amira : “Yaudah kita liat aja nanti kedepannya gimana ya, eh udah dulu ya Cy jadinya nomor telepon lo gue kasih ke Adam”

Lucy : “Iya iya, kasih aja gak apa-apa”

Amira : “Siaap, udah ya.. Bye”

Lucy : “Bye”


Setelah menutup telefon, Lucy kembali ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Sebenarnya ia sedikit terpikirkan dengan perkataan Amira. Ia pun memang pernah memikirkan perasaan Adam terhadap dirinya, ketika untuk pertama kalinya ia begitu mudah menyukai seorang pria dari pandangan pertama. Tak lama setelah ia didalam kamar, ada telepon masuk kembali ke nomor telepon rumahnya. Ia keluar kamar dan mengangkat telepon tersebut, ibu yang saat itu tengah berada di ruang depan sudah berjalan ke arah ruang tengah untuk menjawab telepon namun Lucy bilang kepada ibu “Bia raku aja bu yang angkat telfonnya” ibu mengiyakan dan kembali ke ruang depan. Setelah itu, Lucy menjawab telefon pada malam itu

Lucy : “Halo, Lucy speaking. Dengan siapa?” tanya Lucy dari perbincangan awal di telefon.

Adam : “Hi Lucy”

Lucy terdiam dan merasakan kembali perasaan yang menggelitik dari dalam dirinya, menduga-duga bahwa itu adalah suara Adam.

Lihat selengkapnya