*Membuka pintu
“Nah ini tempat es krim langganan keluarga aku, Cy” ucapan Adam kepada Lucy yang berjalan dibelakangnya.
“Wah, bangunannya klasik ya.. bagus bagus!” tambah Lucy mengagumi arsitektur kuno di kedai es krim itu.
Menikmati suguhan es krim dengan bercanda dan tertawa, mereka melewati deep conversation untuk saling mengenal sisi lain yang tak mereka satu sama lain. Lucy memulai perbincangan dengan menanyakan hal pribadi yang dirasakan oleh Adam.
“Aku mau tanya deh, gimana sih rasanya jadi populer?” tanya Lucy sambil mencicipi es krim yang seperti spageti.
“Hahaha kenapa nanya gitu, Cy?” tanya Adam kembali.
“Gak apa-apa, kemarin waktu kamu tanding di class meeting banyak banget lho cewe-cewe yang support kamu hahaha” jawab Lucy dengan tawa yang lepas.
Adam tersedak, berdehem karena es krim yang dingin berjalan tiba-tiba melewati kerongkongannya. Menjawab pernyataan Lucy dengan gaya yang cool ala kapten basket dengan wibawa yang tinggi “Ya.. gak kenapa-kenapa kan? Mereka hanya mendukung aku karena pertandingan itu, dan aku juga pasti sudah dikenal karena merupakan seorang kapten basket. Jadi wajar bukan?” mengakhiri kalimat dengan tersenyum manis ke arah Lucy.
“Ih kamu mah sok cool banget deh hahahaha sebel” bales Lucy sambil tertawa dan menyandarkan diri pada kursi kayu yang ia duduki. Melepas rambutnya dari ikat rambut yang kencang ala ponytail, Adam melirik dengan pelan memperhatikan bagaimana Lucy melepaskan ikat rambut dan terlihat semakin menarik dengan rambut yang di gerai.
“Rambut kamu kayaknya bagusan di gerai deh” ucap Adam memegang rambut Lucy dan bertanya kepada Adam “Oh ya? Masa?”
“Iya.. lebih kelihatan cantiknya hehe” ucap Adam dengan senyumnya. Lucy tersipu malu, melirik Adam dengan manis. Menggigit bibir bawahnya, menghilangkan rasa canggung karena sebuah pujian. Disela-sela obrolan mereka, handphone Adam berdering. Adam mengangkat telepon masuk dari Raditya rekan basket tim nya yang sudah lulus di tahun 2011 pada waktu itu, jadi Radit adalah kakak kelas Adam. Disekolah ada peraturan kalau sudah kelas 3 SMA harus melepas semua jabatan yang dipegang demi fokus dengan ujian nasional. Radit yang dulunya adalah kapten basket sekolah sebelum Adam. Lalu memberikan jabatan itu kepada Adam untuk memegang tim basket sekolah karena menurut Radit, Adam memiliki potensi untuk memenangi berbagai turnamen dan lomba.
“Aku angkat telpon dulu ya, bentar” ucap Adam kepada Lucy. Dan Lucy mengangguk dengan senyum manisnya. Adam lalu membelai wajah Lucy dengan penuh perhatian, membalas dengan senyum dan lalu berpaling dari meja ke arah lain untuk mendapatkan jarak selama menerima telepon.
Setelah menerima telpon dari Radit, Adam kembali ke meja dan duduk dengan wajah sumringah. Lucy lalu bertanya “Kenapa kamu senyum-senyum? Abis di telpon siapa?” dengan nada yang sedikit curiga.
“Waduh orang penting, maklum hahaha” jawab Adam dengan candaan. Lucy tak terima pertanyaannya dijawab sebercanda itu, dan lalu memasang wajah bete.
“Aduh kenapa nih pacarku mukanya dilipet begitu?” tanya Adam sambil memegangi kedua pipi kanan dan kiki Lucy.
“Orang nanya apa, malah dijawab apa. Ngeselin” tambah Lucy masih dengan nada yang tidak enak. Adam lalu menjelaskan “Kamu jadi bete nih sama aku? Maaf ya sayang.. tadi itu Radit nelpon aku, karena mau ngajak aku join di acaranya anak kelas 3 yang baru lulus, anak basket juga. Dirumah nya tapi, namanya Dion” jelas Adam.
“Oh gitu.. jam berapa kamu pergi?” tanya Lucy lagi. Adam menjawab dengan wajah bingung “Aku habis maghrib mau ke rumah Radit sih, terus jalannya dari sana. Atau kamu ikut aku aja ya, gimana?” ajak Adam
“Yakin? Gak enak ah, kan yang diajak kamu” jawab Lucy.
“Ya gak apa-apa biar aku kenalin juga sekalian sama kamu. Kan kamu udah jadi pacar aku hehehe” ucap Adam dengan nada manis memandang Lucy.