Qiandra terus saja berontak, mendorong tubuh Exal agar menjauh darinya dan berhenti menciumnya, sampai berhasil menyingkirkan Exal dari atas tubuh nya. Hingga Exal terjatuh ke arah sofa yang ada di sampingnya.
Exal menggelap bibir nya dengan tatapan penuh minat pada Qiandra.
Qiandra hanya cemberut dengan kesal dia menggelap bibirnya dengan tangan nya begitu kasar, seakan begitu jijik dengan ciuman Exal.
Exal mengabaikan hal itu, dia memilih untuk mengeluarkan sebatang rokoknya dan akan segera menyalakan rokok tersebut, tetapi Qiandra segera mengambil rokok yang dipegang Exal tanpa bicara satu kata pun. hanya memasang wajah kesal saja.
Lalu menginjak-injak rokok itu di lantai.
Setelah selesai menginjak rokok itu, Qiandra hendak pergi ke arah luar.
Exal dengan cepat menarik tangan Qiandra, membuat gadis itu terjatuh ke atas pangkuan nya.
"Exal lepasin!" titah Qiandra yang berontak di atas nya.
" Sudah gue bilang, gue gak akan biarin lo pulang buat ketemu cowok lain." Exal kembali mengingatkan Qiandra dengan begitu tajam.
" Lepasin gue, lo gak liat di pojokan ada cctv. Nanti kalo orang tua lo tau kita bisa di kawinin."
" Kayak kucing di kawinin, lagian kita juga bisa kawin duluan, baru nikah."
"ihh… Exal lo mesum tau gak! makin hari makin parah. Jangan-jangan lo pernah lakuin begituan lagi."
" Mana mungkin gue lakuin begituan sama orang lain kecuali sama lo." Bisik Exal pada telinga Qiandra.
Tubuh Qiandra seketika dibuat menegang oleh ucapan Exal yang begitu lembut di telinga nya.
Sesuatu dalam dirinya seakan menggelitik hatinya.
"Lo ngomong apaan sih! Gue gak suka lo ngomong kek gitu." kesal Qiandra.
" Ya, sorry… siapa tau lo suka." Setelah berucap seperti itu Exal mengecup pipi Qiandra dengan begitu gemas. Rasanya ingin terus mencium Qiandra seperti mencium bayi yang begitu menggemaskan.
Apalagi Exal suka anak kecil, tetapi sayang nya orang tua nya tidak dapat memberikan adik untuk nya.
"Au ah! gue mau pulang…"dengan wajah cemberut.
" Nanti gue anterin lo pulang, setelah lo bikini gue makanan." ucap Exal sambil melepaskan Qiandra dan mendudukkan nya di atas sofa.
Qiandra terdiam, banyak pikiran yang sedang dia rasakan.
disaat ingin menjauh dan melupakan semua tentangnya, malah semakin mendekat. Seakan rasa itu tidak mengizinkan nya untuk melupakan semua tentang nya.
Cup!
Sebuah kecupan mendarat di bibir Qiandra, membuat gadis itu tersentak kaget dari lamunannya.
" Malah bengong, nanti lo kesurupan lagi." celetuk Exal sambil menarik tangan Qiandra.
Dia tidak ingin menanyakan apapun pada Qiandra, kenapa gadis itu hanya diam.
Dia cukup paham dengan pikiran Qiandra yang sudah pasti kembali mengingat tentang mereka. Walaupun itu belum pasti.
Tetapi Exal bisa melihat dari mata Qiandra yang berkaca-kaca.
Exal cukup sadar, jika dirinya terlalu dalam menyakiti hati Qiandra.
Rasa bersalah pada Qiandra semakin menyelimuti hatinya.
Namun Exal sadar jika dirinya tidak ingin kehilangan Qiandra untuk selamanya, sehingga Exal memilih egois dan tidak ingin Qiandra melupakan tentangnya dan harus menjadi miliknya kembali sampai mati pun Qiandra adalah miliknya.
Setelah sampai di dapur, Qiandra berdecak kesal tidak ada bahan makanan yang harus dimasak olehnya.
" Exal, bi ijah gak belanja? Kenapa kulkas nya kosong. Cuman ada sayuran gini sama sosis doang dan juga telor."
" Bi ijah, kemarin di pecat." Ucap Exal dengan begitu mudahnya mengatakan seperti itu.
Padahal pembantu itu sejak Exal dan Qiandra masih kecil, sudah ada di rumah Exal.