Selama jam istirahat, Ayudia lebih sering melamun, selera makannya pun telah hilang. Bu Prapti yang memperhatikannya sedari tadi seketika menegurnya.
"Kenapa makanannya tidak dimakan? Sedang ada yang dipikirkan?"
"Ayu bingung, Bu."
"Ada apa? Kalau mau, kamu bisa ceritakan semuanya pada Ibu,"
Ayudia ingin sekali bercerita, akan tetapi ia teringat pesan Pak Azriel, bahwa tidak ada seorang pun yang boleh tahu tentang semua ini. Terlihat jelas raut muka Ayudia yang bimbang, dan Bu Prapti menyadari akan hal itu.
"Kamu percaya tidak sama Ibu?" Bu Prapti mencoba meyakinkan Ayudia, "Keputusan ada di tanganmu," imbuhnya sambil melanjutkan menyantap makan siangnya.
Sekali lagi, Ayudia berusaha berfikir dengan seksama. Ia tau Bu Prapti orang yang baik, dan selama ini Ayudia juga akrab dengan beliau. Akhirnya, Ayudia memberanikan diri menceritakan semuanya.
"Pak Azriel ingin mengajakku pergi bersama ke pernikahan sahabatnya, Bu. Karena itu aku bingung, haruskah aku menerima ajakannya? Ataukah aku harus menolaknya?"
"Owalah, jadi itu masalahnya. Menurut Ibu, Pak Azriel itu orang yang baik, tidak mungkin dia akan macam-macam denganmu. Tetapi, alangkah baiknya jika kamu menanyakan dahulu padanya, kenapa dia ingin mengajakmu pergi bersamanya," tutur Bu Prapti kepada Ayudia.
"Oh, iya, aku belum menanyakan hal tersebut kepadanya. Nanti akan aku tanyakan. Terimakasih atas sarannya, Bu, tolong, jangan ceritakan kepada siapapun,"
"Tenang saja, Nduk, rahasiamu aman bersamaku. Segera habiskan makananmu, setelah itu kita laksanakan sholat dhuhur bersama,"
Ayudia mengangguk, lalu melanjutkan makan siangnya dengan lahap. Kali ini Ayudia bersemangat sekali ingin segera menemui Pak Azriel. Bu Prapti yang melihatnya pun ikut merasa lega.
Selesai makan ke duanya segera melaksanakan sholat dhuhur. Tak lama kemudian, bel masuk berdering, Ayudia menggandeng tangan Bu Prapti menyusuri jalanan menuju area tempat mereka bekerja. Sesampainya di area, Ayudia celingukan mencari sosok Pak Azriel, namun tetap tidak ia temui.
"Sabar, Nduk, tunggu sebentar lagi, mungkin beliaunya sedang makan siang di Pantry," ucap Bu Prapti berusaha menenangkan Ayudia.
"Hai, Yu, kenapa tadi wajahmu murung sekali? Kamu sampai tidak menyadari kehadiran kita bertiga," tanya Anisa yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Ayudia.
"Oh, tadi..., aku...," Ayudia gugup, tidak tahu harus berkata apa.
"Tadi, Ayudia bingung karena dia lupa menyimpan uang titipan dari Ibu, padahal uang tersebut akan ibu gunakan untuk membayar kekurangan di toko sebelah," sahut Bu Prapti mencari alasan yang tepat untuk Ayudia.